Al-‘Allamah Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah
Tanya :
“Sebagian orang yang memusuhi dakwah Syaikhul Islam Muhammad bin ‘Abdil Wahhab — rahimahullah — mengatakan bahwa beliau dan al-Imam Muhammd bin Su’ud MEMBERONTAK terhadap kekuasaan pemerintah Daulah ‘Utsmaniyyah, dan telah merusak tongkat ketaatan. Ini bertentangan dengan aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah!! Bagaimana pendapat Anda terhadap pernyataan tersebut?”
Jawab :
“Orang yang mengucapkan pernyataan tersebut, apakah dia konsisten untuk selalu mendengar dan taat kepada pemerintah??! Mayoritas orang-orang yang mengatakan itu, mereka membolehkan memberontak terhadap para penguasa sekarang. Mereka tidak mau konsisten dan tidak mau mengakui keabsahan pemerintahan. Ini Sisi Pertama.
Sisi Kedua, Bahwa asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab dan al-Imam Muhammad bin Su’ud — rahimahumallah — TIDAK MEMBERONTAK terhadap pemerintah pada masanya. Karena Daulah ‘Utsmaniyyah TIDAK MEMILIKI KEKUASAAN terhadap negeri-negeri di Najd.
Negeri-negeri Najd di bawah pemerintahannya sendiri. Masing-masing negeri di Najd memiliki pemerintahan tersendiri (merdeka) yang memerintahnya. Apabila pimpinannya mati, maka digantikan oleh salah satu putranya atau kerabatnya.
Jadi Daulah ‘Utsmaniyyah TIDAK PUNYA KEKUASAAN atas negeri-negeri di Najd. Mereka juga tidak merasa punya kepentingan terhadap negeri Najd. Daulah Utsmaniyyah tidak merasa perlu (untuk menguasai) negeri-negeri Najd. Karena di Najd tidak ada penghasilan apa-apa pada waktu itu, sehingga tidak penting bagi mereka.
Daulah Utsmaniyyah (setelah itu) memerangi Daulah Saudi Arabia bukan karena Saudi memberontak terhadap Utsmaniyyah. Namun karena takut/khawatir. Daulah Utsmaniyyah memerangi Daulah Saudi Arabia karena takut, ketika negara Saudi semakin besar dan tampak kekuataannya.
Daulah Utsmaniyyah memerangi Daulah Saudi Arabia karena khawatir kalau Saudi Arabia akan menyerang mereka di negerinya. Ini tujuannya. Adapun kekuasaan, maka Daulah Utsmaniyyah tidak memiliki kekuasaan negeri-negeri Najd. Namun masing-masing negeri Najd berada di bawah kekuasaan pemerintahannya masing-masing. Demikianlah berlangsung dari generasi ke generasi.
Hingga datanglah asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab — rahimahullah — membawa Dakwah Tauhid, yang didukung oleh Muhammad bin Su’ud. Maka terbentanglah kekuasaan mereka di negeri-negeri Najd semuanya, juga membentang ke negeri-negeri lainnya di Jazirah Arabia.
Allah kokohkan kekuasaan mereka karena mereka MENEGAKKAN DAKWAH NABI MUHAMMAD — Shallallahu ‘alaihi wa Sallam — dan MENYEBARKAN ISLAM.
Maka pemerintahan-pemerintahan di Najd yang sebelumnya terpencar-pencar, masuk dalam satu kekuasaan. Ketika itulah Daulah ‘Utsamniyyah ketakutan/khawatir kalau Saudi Arabia akan sampai ke negeri mereka (Turki), Iraq, dan Syam. Utsmaniyyah merasa terancam. Di samping mereka juga memiliki berbagai khurafat, kuburan-kuburan, tasawuf, dan berbagai bid’ah. Utsmaniyyah pun ketakutan dan terancam atas segala kemungkaran yang ada pada mereka selama ini. Mereka takut Dakwah asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab akan MERUBAH itu semua. Oleh karena itu, Daulah Utsmaniyyah pun memerangi Daulah Saudi Arabia.
Sumber http://www.ajurry.com/vb/showthread.php?t=4800
Dikutip dari: Majmu’ah Manhajul Anbiya