“Seorang insan apabila ia tidak bersemangat untuk mengobati penyakit hatinya maka sungguh akan ditimpakan hukuman kepadanya dengan bertambahnya penyakit hati tersebut berdasarkan Firman-Nya :
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah tambahkan lagi penyakitnya.” [QS. Al Baqarah: 10]
Dan tidak diragukan lagi bahwasannya hukuman ini lebih besar daripada hukuman dengan hilangnya anak, saudara atau harta. Sedangkan kebanyakan manusia terlalaikan darinya dan kebanyakan manusia menyangka bahwa yang namanya hukuman itu hanyalah terjadi pada perkara-perkara lahiriyah seperti pada badan-badan, harta benda ataukah anak-anak.
Namun pada hakekatnya bahwa hukuman dengan sakit dan rusakanya hati-hati tersebut lebih dahsyat dan lebih besar daripada hukuman yang menimpa pada perkara-perkara nampak.
Bahkan sungguh kebanyakan manusia, hati mereka menjadi mati karena tertimpa dengan musibah-musibah berupa ketakutan atau kelaparan dan sebagainya dari musibah-musibah yang dirasakan oleh fisik. Dan tidak mau meninggalkan dan tidak pula berusaha menjauhi dari apa-apa yang terdapat padanya berupa kefasikan dan kemaksiatan.”
Ahkam min al-Qur’an al-Karim, juz 1 hlm. 87
———————
قال الإمام ابن عثيمين -رحمه الله- :
” الإنسان إذا لم يحرص على علاج مرض قلبه فإنه يعاقب بزيادة المرض لقوله :
” فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا.” و لا شك أن هذه العقوبة أعظم من العقوبة بفقد الولد و الأهل و المال . و كثير من الناس يغفل عنها فكثير من الناس ، يظنون أن العقوبة إنما تكون في الأمور الظاهرة كالأبدان و الأموال و الأولاد .
و الحقيقة : أن العقوبة بمرض القلوب و فسادها أشد و أعظم من العقوبة بمثل تلك الأمور ، بل إن كثيراً من الناس يكون قلبه ميتاً يصاب بالمصائب من الخوف و الجوع و غير ذلك من المصائب المادية المحسوسة و لا يرعوي و لا يرتدع عما هو عليه من الفسوق و العصيان .. “
أحكام من القرآن الكريم – (ج ١ ص ٨٧)