قال الإمام الطحاوي : وَلَا نَرَى الْخُرُوجَ عَلَى أَئِمَّتِنَا وَوُلَاة أُمُورِنَا، وَإِنْ جَارُوا، وَلَا نَدْعُو عَلَيْهِمْ، وَلَا نَنْزِعُ يَدًا مِنْ طَاعَتِهِمْ، وَنَرَى طَاعَتَهُمْ مِنْ طَاعَة اللَّهِ عز وجل فَرِيضَة، مَا لَمْ يَأْمُرُوا بِمَعْصِيَة، وَنَدْعُوا لَهُمْ بِالصَّلَاحِ وَالْمُعَافَاة…….
قال الإمام ابن أبي العز: قَالَ تَعَالَى: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ} (1). وَفِي الصَّحِيحِ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، أَنَّهُ قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللَّهَ، وَمَنْ يُطِعِ الْأَمِيرَ فَقَدْ أَطَاعَنِي، وَمَنْ عصى الْأَمِيرَ فَقَدْ عَصَانِي.
وَعَنْ أَبِي ذَرٍّ رضي الله عنه. قَالَ: إِنَّ خَلِيلِي أَوْصَانِي أَنْ أَسْمَعَ وَأُطِيعَ وَإِنْ كَانَ عَبْدًا حَبَشِيًّا مُجَدَّعَ الْأَطْرَافِ». وَعِنْدَ الْبُخَارِيِّ: «وَلَوْ لِحَبَشِي كَأَنَّ رَأْسَه زَبِيبَة.
وَفي الصَّحِيحَيْنِ أَيْضًا: عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَة فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِه، إِلَّا أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَة، فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَة فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَة
Al-Imam Abu Ja’far Ath Thahawi rahimahullah berkata (menjelaskan Aqidah Ahlussunnah), “Dan kami tidak berpendapat bolehnya memberontak kepada para pemimpin kami dan para penguasa urusan kami, meskipun mereka berbuat zalim. Kami tidak mendoakan keburukan atas mereka, dan tidak pula mencabut ketaatan dari mereka. Kami memandang bahwa menaati mereka adalah bagian dari ketaatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla yang merupakan kewajiban, selama mereka tidak memerintahkan kepada maksiat. Dan kami mendoakan mereka agar diberi kebaikan dan keselamatan.”
Al Imam Ibnu Abil ‘Iz rahimahullah berkata (menjelaskan dalil-dalil perkataan di atas), “Allah Ta‘ala berfirman (yang artinya), ‘Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, dan taatilah Rasul (Nya), serta para pemimpin di antara kalian.’” (QS. An-Nisa’: 59).
Dan dalam hadis sahih dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Barang siapa yang menaati aku, maka sungguh ia telah menaati Allah, dan barang siapa yang durhaka kepadaku, maka sungguh ia telah durhaka kepada Allah. Dan barang siapa yang menaati amir (pemimpin), maka sungguh ia telah menaati aku. Dan barang siapa yang durhaka kepada amir, maka sungguh ia telah durhaka kepadaku.”
Dan dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Sesungguhnya kekasihku (Rasulullah) berwasiat kepadaku agar aku mendengar dan taat, meskipun pemimpin itu adalah seorang budak Habasyi yang terpotong anggota tubuhnya.”
Dalam riwayat Al-Bukhari disebutkan, “Sekalipun ia adalah seorang Habasyi yang kepalanya seperti kismis.”
Dan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim juga disebutkan, “Wajib bagi seorang muslim untuk mendengar dan taat dalam perkara yang ia sukai maupun yang ia benci, selama tidak diperintahkan untuk bermaksiat. Jika ia diperintahkan untuk bermaksiat, maka tidak ada kewajiban mendengar dan taat.”
Syarah Al-Aqidah Ath-Thahawiyyah hal 515-516 (Daar Umar Bin Al-Khaththab)
