PERBUATAN MANUSIA: ANTARA CIPTAAN ALLAH ATAU USAHA SENDIRI?

oleh -466 Dilihat
oleh

قَوْلُهُ: (وَأَفْعَالُ الْعِبَادِ خَلْقُ اللَّهِ وَكَسْبٌ مِنَ الْعِبَادِ) .
ش: اخْتَلَفَ النَّاسُ فِي أَفْعَالِ الْعِبَادِ الِاخْتِيَارِيَّةِ.
فَزَعَمَتِ الْجَبْرِيَّةُ وَرَئِيسُهُمُ الْجَهْمُ بْنُ صَفْوَانَ التِّرْمِذِيُّ: أَنَّ التَّدْبِيرَ فِي أَفْعَالِ الْخَلْقِ كُلِّهَا لِلَّهِ تَعَالَى، وَهِيَ كُلُّهَا اضْطِرَارِيَّةٌ، كَحَرَكَاتِ الْمُرْتَعِشِ، وَالْعُرُوقِ النَّابِضَةِ، وَحَرَكَاتِ الْأَشْجَارِ، وَإِضَافَتِهَا إِلَى الْخَلْقِ مَجَازٌ! وَهِيَ عَلَى حَسَبِ مَا يُضَافُ الشَّيْءُ إِلَى مَحَلِّهِ دُونَ مَا يُضَافُ إِلَى مُحَصِّلِهِ!
وَقَابَلَتْهُمُ الْمُعْتَزِلَةُ، فَقَالُوا: إِنَّ جَمِيعَ الْأَفْعَالِ الِاخْتِيَارِيَّةِ مِنْ جَمِيعِ الْحَيَوَانَاتِ بِخَلْقِهَا، لَا تَعَلُّقَ لَهَا بِخَلْقِ اللَّهِ تَعَالَى. وَاخْتَلَفُوا فِيمَا بَيْنَهُمْ: أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقْدِرُ عَلَى أَفْعَالِ الْعِبَادِ أَمْ لَا؟ !
وَقَالَ أَهْلُ الْحَقِّ: أَفْعَالُ الْعِبَادِ بِهَا صَارُوا مُطِيعِينَ وَعُصَاةً، وَهِيَ مَخْلُوقَةٌ لِلَّهِ تَعَالَى، وَالْحَقُّ سبحانه وتعالى مُنْفَرِدٌ بِخَلْقِ الْمَخْلُوقَاتِ، لَا خَالِقَ لَهَا سِوَاهُ. فَالْجَبْرِيَّةُ غَلَوْا فِي إِثْبَاتِ الْقَدَرِ، فَنَفَوْا صُنْعَ الْعَبْدِ أَصْلًا، كَمَا عَمِلَتِ الْمُشَبِّهَةُ فِي إِثْبَاتِ الصِّفَاتِ، فَشَبَّهُوا. وَالْقَدَرِيَّةُ نُفَاةُ الْقَدَرِ جَعَلُوا الْعِبَادَ خَالِقِينَ مَعَ اللَّهِ تَعَالَى. وَلِهَذَا كَانُوا مَجُوسَ هَذِهِ الْأُمَّةِ، بَلْ أَرْدَأُ مِنَ الْمَجُوسِ، مِنْ حَيْثُ إِنَّ الْمَجُوسَ أَثْبَتُوا خَالِقَيْنِ، وَهُمْ أَثْبَتُوا خَالِقِينَ! !
وَهَدَى اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ أَهْلَ السُّنَّةِ لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ، وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ. فَكُلُّ دَلِيلٍ صَحِيحٍ يُقِيمُهُ الْجَبْرِيُّ، فَإِنَّمَا يَدُلُّ عَلَى أَنَّ اللَّهَ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ، وَأَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، وَأَنَّ أَفْعَالَ الْعِبَادِ مِنْ جُمْلَةِ مَخْلُوقَاتِهِ، وَأَنَّهُ مَا شَاءَ كَانَ وَمَا لَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ، وَلَا يَدُلُّ عَلَى أَنَّ الْعَبْدَ لَيْسَ بِفَاعِلٍ فِي الْحَقِيقَةِ وَلَا مُرِيدٍ وَلَا مُخْتَارٍ، وَأَنَّ حَرَكَاتِهِ الِاخْتِيَارِيَّةَ بِمَنْزِلَةِ حَرَكَةِ الْمُرْتَعِشِ وَهُبُوبِ الرِّيَاحِ وَحَرَكَاتِ الْأَشْجَارِ.
وَكُلُّ دَلِيلٍ صَحِيحٍ يُقِيمُهُ الْقَدَرِيُّ فَإِنَّمَا يَدُلُّ عَلَى أَنَّ الْعَبْدَ فَاعِلٌ لِفِعْلِهِ حَقِيقَةً، وَأَنَّهُ مُرِيدٌ لَهُ مُخْتَارٌ لَهُ حَقِيقَةً، وَأَنَّ إِضَافَتَهُ وَنِسْبَتَهُ إِلَيْهِ إِضَافَةُ حَقٍّ، وَلَا يَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ غَيْرُ مَقْدُورٍ لِلَّهِ تَعَالَى وَأَنَّهُ وَاقِعٌ بِغَيْرِ مَشِيئَتِهِ وَقُدْرَتِهِ

 

“Ucapannya -yakni Ibnu Abil -‘Izz al-Hanafiy rahimahullah-, ‘Dan perbuatan para hamba adalah ciptaan Allah, dan usaha dari para hamba.’

Penjelasan:
Manusia berbeda pendapat mengenai perbuatan-perbuatan pilihan (ikhtiyariyyah) para hamba.
Kaum Jabriyyah, dengan tokohnya Jahm bin Safwan At-Tirmidzi, berpendapat bahwa semua pengaturan dalam perbuatan makhluk sepenuhnya berada di tangan Allah. Mereka menganggap semua perbuatan itu terjadi secara terpaksa, seperti gerakan orang yang gemetar, detak nadi, gerakan pepohonan dan bahwa penyandaran perbuatan itu kepada manusia hanyalah majaz (kiasan), layaknya sesuatu yang disandarkan pada tempatnya, bukan pada pelakunya yang sebenarnya.

Dan bertolak belakang dengan mereka adalah kaum Mu’tazilah, yang menyatakan bahwa semua perbuatan pilihan dari semua makhluk hidup adalah hasil ciptaan mereka sendiri, dan sama sekali tidak terkait dengan penciptaan Allah. Namun mereka sendiri berselisih: apakah Allah memiliki kemampuan atas perbuatan para hamba atau tidak.

Adapun Ahlus Sunnah wal Jama’ah, mereka mengatakan bahwa perbuatan para hamba yang karenanya mereka menjadi taat atau durhaka adalah makhluk ciptaan Allah. Allah-lah satu-satunya yang menciptakan segala sesuatu, dan tidak ada pencipta selain-Nya. Maka kaum Jabriyyah berlebihan dalam menetapkan takdir, sehingga mereka menafikan peran dan perbuatan hamba sama sekali. Ini seperti yang dilakukan oleh kaum Musyabbihah dalam menetapkan sifat-sifat Allah, sehingga mereka menyerupakan Allah dengan makhluk.

Sedangkan kaum Qadariyyah adalah yang menolak takdir, justru mereka menjadikan hamba sebagai pencipta bersama Allah. Oleh karena itu, mereka disebut sebagai Majusi umat ini bahkan lebih buruk dari Majusi itu sendiri, karena Majusi hanya menetapkan dua pencipta, sedangkan mereka menetapkan segalanya sebagai pencipta -yakni menetapkan lebih dari dua pencipta!-

Dan Allah Ta’ala dengan izin-Nya memberi petunjuk kepada kaum mukminin, yaitu Ahlus Sunnah, terhadap kebenaran yang mereka perselisihkan terkait permasalahan tersebut. Dan Allah memberi petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.

Maka setiap dalil sahih yang dikemukakan oleh kaum Jabriyyah sebenarnya hanya menunjukkan bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu, Maha Kuasa atas segala sesuatu, bahwa perbuatan para hamba termasuk makhluk, ciptaaan-Nya, dan bahwa apa yang Allah kehendaki pasti terjadi dan apa yang tidak Dia kehendaki pasti tidak akan terjadi. Namun, dalil itu tidak menunjukkan bahwa hamba sama sekali tidak melakukan perbuatan, tidak memiliki kehendak, atau tidak memiliki pilihan. Juga tidak bisa disamakan bahwa gerakan mereka yang dilakukan dengan pilihan sendiri seperti gerakan orang yang gemetar, hembusan angin, atau gerakan pepohonan.

Begitu juga, setiap dalil sahih yang dikemukakan oleh kaum Qadariyyah sebenarnya hanya menunjukkan bahwa hamba benar-benar melakukan perbuatannya sendiri, dengan kehendak dan pilihannya sendiri, dan bahwa penyandaran perbuatan itu kepadanya adalah penyandaran yang benar. Tapi dalil itu tidak menunjukkan bahwa perbuatan itu di luar kekuasaan Allah, atau bahwa perbuatan itu terjadi tanpa kehendak dan kemampuan Allah.”

Sumber: Syarh Al-‘Aqiidah Ath-Thahaawiyyah, juz 2, halaman 639-640