,

Hukum penamaan dengan nama-nama Allah

oleh -224 Dilihat
oleh

إن من أسماء الله ما لا يسمى به غيره، مثل الله، فلا يمكن أن نسمي أحداً بهذا الاسم لا على سبيل إرادة المعنى، ولا على غيره، كذلك اسم الرحمن أيضاً، قال العلماء رحمهم الله: لا يجوز أن يسمى به غيره ولا يوصف به غيره؛ لأن الإلوهية والرحمة الواسعة الشاملة التي هي وصف لازم للراحم؛ هذه لا تكون إلا لله.

أما بقية الأسماء فهي إن قصد بها ما يقصد بأسماء الله من الدلالة على العلمية والوصفية فإنها ممنوعة، وإن قصد بها مجرد العلمية فليست ممنوعة فالحكم والحكيم من أسماء الله، فإذا سمينا شخصا بالحكم أو بحكيم ولم نقصد معنى الحكمة فيه ولا معنى الحكم فهنا لا باس به، وفي الصحابة رضي الله عنهم من اسمه حكيم، وفيهم من اسمه الحكم.

وإن قصدنا بذلك المعنى الذي اشتققنا منه هذا الاسم فهذا لا يجوز، لن هذا من خصائص أسماء الله، فهي التي يراد بها الاسم والوصف، ولهذا إذا سمينا رجلا بصالح فإنه جائز ولا يغير الاسم، لأننا ما قصدنا بذلك التزكية، أي وصفه بالصلاح وأننا ما سميناه صالحا إلا لأنه صالح؛ سمينا صالحا مجرد علم

Sesungguhnya di antara nama-nama Allah ada nama yang tidak boleh seseorang  dinamai dengannya, contohnya (lafaz) Allah, maka tidak boleh bagi seorang pun memberikan nama dengan nama ini, baik dengan tujuan menginginkan maknanya ataupun selainnya. Demikian juga Ar-Rohman, para ulama mengatakan, “Tidak boleh memberikan nama atau menyifati selain Allah dengan nama Allah ataupun Ar-rahman karena Al-Uluhiyah (sifat ketuhanan) dan Ar-Rohmah (sifat rahmat) yang luas itu adalah sifat yang senantiasa ada pada Ar-Rohim (Yang Maha Penyayang), dan ini tidak ada kecuali hanya untuk Allah.”

Adapun sisa nama yang lainnya jika memaksudkan dengan nama itu apa yang dimaksudkan pada nama-nama Allah yang menunjukkan atas penamaan dan penyifatan maka itu dilarang. Adapun jika hanya meniatkan sekedar penamaan maka itu tidak mengapa. Seperti Al-Hakam dan Al-Hakim itu termasuk dari nama-nama Allah, maka jika menamai seseorang dengan Al-Hakam ataupun Hakim dan tidak meniatkan makna hikmah ataupun makna hukum maka yang seperti ini tidak mengapa, dan di antara nama para sahabat pun ada yang namanya Hakim dan Al-Hakam.

Dan jika kita meniatkan makna pada penamaan tersebut yang mana kita membentuk nama ini darinya maka ini tidak diperbolehkan, karena ini termasuk dari kekhususan nama-nama Allah yang diinginkan dengannya nama dan sifat. Oleh karena itu di perbolehkan bagi kita menamai seseorang dengan nama Sholeh dan tidak harus mengubahnya, karena kita tidak meniatkan pada penamaan tersebut At-Tazkiyah (penyucian), menyifatinya dengan As-Sholih (kesalehan), dan menamainya sholeh karena dia memang orang yang sholeh, kita menamainya sholeh hanya sekedar penamaan. Kesimpulannya jika tidak meniatkan makna pada nama tersebut maka itu tidak mengapa dan diperbolehkan karena hanya sekedar penamaan saja.

[Syarh Al-Aqidah As-Safariniyah, hal 166]