Berkata Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin,
القاعدة السادسة
أسماء الله تعالى غير محصورة بعدد معين :
لقوله صلى الله عليه وسلم في الحديث المشهور :{ أسألك بكل اسم هو لك سميت به نفسك أو أنزلته في كتابك أو علمته أحداً من خلقك أو استأثرت به في علم الغيب عندك }.
الحديث رواه أحمد وابن حبان والحاكم وهو صحيح.
وما استأثر الله تعالى به في علم الغيب لا يمكن أحداً حصره ولا الإحاطة به
فأما قوله صلى الله عليه وسلم : ” إن لله تسعة وتسعين اسماً مائة إلا واحداً من أحصاها دخل الجنة ” فلا يدل على حصر الأسماء بهذا العدد ولو كان المراد الحصر لكانت العبارة : إن أسماء الله تسعة وتسعون اسماً من أحصاها دخل الجنة أو نحو ذلك
إذاً فمعنى الحديث أن هذا العدد من شأنه أن من أحصاه دخل الجنة وعلى هذا فيكون قوله – من أحصاها دخل الجنة – جملة مكملة لما قبلها وليست مستقلة .
ونظير هذا أن تقول : عندي مئة درهم أعددتها للصدقة فإنه لا يمنع أن يكون عندك دراهم أخرى لم تعدها للصدقة.
Kaidah Keenam
Nama-nama Allah Tidak Terbatas Pada Hitungan Tertentu:
Hal tersebut berdasarkan sabda Rasul ﷺ dalam hadis yang terkenal, “Aku meminta kepada-Mu dengan segala nama yang Engkau miliki, yang Engkau namai diri-Mu dengannya, yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada salah satu dari makhluk-Mu, ataupun yang Engkau sembunyikan dengannya di dalam ilmu gaib yang ada di sisi-Mu.” HR. Ahmad, Ibnu Hiban, dan Al-Hakim. Dan hadis ini sahih.
Dan apa pun yang Allah sembunyikan di dalam ilmu gaib, maka tak ada satu pun yang dapat membatasinya maupun meliputinya.
Adapun sabda Nabiﷺ, “Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama. Barang siapa yang menghafalnya (menjaganya) maka dia akan masuk surga.” Hal ini tidak menunjukkan atas pembatasan dari nama-nama Allah dengan jumlah ini, seandainya yang dimaksud adalah pembatasan niscaya kalimatnya adalah: ‘Sesungguhnya nama-nama Allah ada 99, barang siapa yang menghafalnya maka ia akan masuk surga’ atau kalimat semisalnya.
Maka dari itu makna hadits di atas bahwa jumlah bilangan ini (yaitu 99), di antara keutamaannya adalah barang siapa yang menghafalkannya (menjaganya) maka ia akan masuk surga. Dan atas dasar ini pula maka makna dari sabda nabi ‘barang siapa yang menghafalnya maka ia akan masuk surga’ adalah kalimat pelengkap terhadap kalimat sebelumnya, bukan kalimat tersendiri.
Yang semisal dengan ini adalah engkau berkata, “Saya mempunyai seratus dirham yang saya siapkan untuk sedekah.” Pernyataan ini tidak menutup kemungkinan engkau memiliki dirham lain yang tidak engkau siapkan untuk disedekahkan.
[Qowaidul Mutsla Fi Asmaillah Ta’ala Wa Shifatihil Husna hal.18]