فَكَانَ الرُّومُ عَلَى دِينِهِمْ إِلَى مَبْعَثِ الْمَسِيحِ بِنَحْوٍ مِنْ ثَلَاثِمِائَةِ سَنَةٍ، وَكَانَ مَنْ مَلَكَ الشَّامَ مَعَ الْجَزِيرَةِ مِنْهُمْ يُقَالُ لَهُ: قَيْصَرُ. فَكَانَ أَوَّلُ مَنْ دَخَلَ فِي دِينِ النَّصَارَى مِنَ الْمُلُوكِ قُسْطَنْطِينُ بْنُ قَسْطَسَ، وَأُمُّهُ مَرْيَمُ الْهَيْلَانِيَّةُ الشَّدْقَانِيَّةُ مِنْ أَرْضِ حِرَّانَ، كَانَتْ قَدْ تَنَصَّرَتْ قَبْلَهُ، فَدَعَتْهُ إِلَى دِينِهَا، وَكَانَ قَبْلَ ذَلِكَ فَيْلَسُوفًا، فَتَابَعَهَا -يُقَالُ: تَقِيَّة -وَاجْتَمَعَتْ بِهِ النَّصَارَى، وَتَنَاظَرُوا فِي زَمَانِهِ مَعَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَرْيُوسَ، وَاخْتَلَفُوا اخْتِلَافًا [كَثِيرًا] مُنْتَشِرًا مُتَشَتِّتًا لَا يَنْضَبِطُ، إِلَّا أَنَّهُ اتَّفَقَ مِنْ جَمَاعَتِهِمْ ثَلَاثُمِائَةٍ وَثَمَانِيَةَ عَشَرَ أُسْقُفًّا، فَوَضَعُوا لِقُسْطَنْطِينَ الْعَقِيدَةَ، وَهِيَ الَّتِي يُسَمُّونَهَا الْأَمَانَةَ الْكَبِيرَةَ، وَإِنَّمَا هِيَ الْخِيَانَةُ الْحَقِيرَةُ، وَوَضَعُوا لَهُ الْقَوَانِينَ -يَعْنُونَ كُتُبَ الْأَحْكَامِ مِنْ تَحْلِيلٍ وَتَحْرِيمٍ وَغَيْرِ ذَلِكَ مِمَّا يَحْتَاجُونَ إِلَيْهِ، وغَيَّروا دِينَ الْمَسِيحِ، عليه السلام، وَزَادُوا فِيهِ وَنَقَصُوا مِنْهُ. وَفَصَلُوا إِلَى الْمَشْرِقِ وَاعْتَاضُوا عَنِ السَّبْتِ بِالْأَحَدِ، وَعَبَدُوا الصَّلِيبَ وَأَحَلُّوا الْخِنْزِيرَ. وَاتَّخَذُوا أَعْيَادًا أَحْدَثُوهَا كَعِيدِ الصَّلِيبِ وَالْقِدَّاسِ وَالْغِطَاسِ، وَغَيْرِ ذَلِكَ مِنَ الْبَوَاعِيثِ وَالشَّعَانِينِ
Dahulu Romawi di atas agama mereka sampai diutusnya Al Masih sekitar 300 tahun, dan dahulu raja yang memimpin Syam bersamaan dengan Jazirah Arab mereka juluki: Kaisar, dan orang yang pertama masuk agama Nasrani dari kalangan raja Romawi adalah Qosthanthin bin Qisthos dan ibunya Maryam Al Haylaaniyyah Al Ghandaqaniyyah dari daerah Harran, dia telah dahulu beragama Nasrani sebelum Qosthanthin, maka ibunya mengajaknya ke dalam agamanya. Dan dahulu sebelum beragama Kristen Qosthanthin merupakan seorang ahli filsafat kemudian mengikuti ibunya. Dikatakan bahwa Qhostantin sebenarnya hanya berpura-pura saja. Berkumpullah orang-orang Nasrani dengan Qosthanthin. Dan mereka berdebat pada zamannya dengan ‘Abdullah bin Aryus, dan mereka berselisih dengan perselisihan yang besar, tersebar dan tidak terkendali, hanya saja Qosthanthin dan kelompoknya disepakati oleh 318 uskup. Kemudian mereka menyerahkan urusan akidah keyakinan kepada Qosthanthin yang mereka namakan dengan Al-Amaanah Al-Kabiirah (Amanah besar), akan tetapi hakekatnya merupakan “pengkhianatan yang hina”. Para uskup juga menyerahkan kepadanya pembuatan undang-undang yang melahirkan kitab-kitab hukum berupa pengharaman, penghalalan, dan selain dari itu dari apa yang mereka butuh kepadanya. Mereka merubah agama Al Masih, mereka menambah di dalamnya dan menguranginya, mereka sholat menghadap timur, mereka mengganti hari sabtu dengan hari ahad, mereka menyembah salib, menghalalkan babi, serta membuat hari-hari raya yang mereka ada-adakan, seperti: hari raya salib, hari raya Al Qodas (misa), hari raya Al Ghithos (epifani), dan selainnya dari hari-hari paskah kedua dan Minggu Palma.”
[Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim li Ibnu Katsir, Jilid 3, hal. 467, surat Ar Ruum]