UDZUR DAN QODA’ PUASA

oleh -70 Dilihat
oleh

البقرة:185 {وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٖ فَعِدَّةٞ مِّنۡ أَيَّامٍ أُخَرَۗ}

فيه بعض مسألة:

الأولى: قوله تعالى (مريضا) للمريض حالتان: إحداهما: ألا يطيق الصوم بحال, فعليه الفطر واجبا, الثانية: أن يقدر على الصوم بضرر ومشقة, فهذا يستحب له الفطر ولا يصوم إلا جاهل.

وقال أبو حنيفة: إذا خاف الرجل على نفسه وهو صائم إن لم يفطر أن تزداد عينه وجعا أو حماه شدة أفطر.

الثانية: قوله تعالى: (أو على سفر) اختلف العلماء فى السفر الذي يجوز فيه الفطر والقصر.

الثالثة: اتفق العلماء على أن المسفر فى رمضان لا يجوز له أن يبيت الفطر, لأن المسافر لا يكون مسافرا بالنية بخلاف المقيم.

Artinya: “barang siapa yang sakit atau dalam kondisi safar maka agar mengganti di hari yang lain.” [QS. Al-Baqarah: 185].

Dalam ayat ini ada beberapa masalah:

1.     Allah berfirman pada: (sakit) sakit memiliki 2 keadaan: Keadaan pertama: jika dia sama sekali tidak mampu berpuasa dalam kondisi apa pun, maka dia wajib berbuka. Keadaan kedua: jika dia mampu berpuasa tetapi kesulitan dan bahaya bagi dirinya, maka disunahkan baginya untuk berbuka. Jika dia tetap berpuasa itu hanya dilakukan oleh orang yang tidak memiliki pemahaman yang benar.

Dan Abu Hanifah berkata,” Jika seseorang yang sedang berpuasa khawatir bahwa dia tidak berbuka, maka penyakit matanya akan semakin parah atau demamnya akan semakin meningkat, maka dia boleh berbuka.

2.     Allah berfirman pada: (safar), dan para ulama’ berselisih pendapat tentang jenis perjalanan yang memperbolehkan seorang berbuka dan mengqasar sholat.

3.     Para ulama’ bersepakat, bahwa seseorang yang hendak berpergian di bulan Ramadhan tidak boleh berniat berbuka sejak malam hari, karena kondisinya dia sebagai musafir tidak bisa ditentukan hanya sebatas niat, berbeda dengan orng berpuasa.

[dinukil dari kitab Al Jami’ Li Ahkam Al Qur’an Al Qurtubi, 1/660-661].

Ditulis oleh: Muhammad Afif (santri TDNI angkatan ke-2)

No More Posts Available.

No more pages to load.