HAKIKAT ILAH: CINTA, PENGHAMBAAN, DAN KETAATAN KEPADA ALLAH

oleh -251 Dilihat
oleh

وقال شيخ الإسلام: ‌الإله ‌هو ‌المعبود ‌المطاع؛ فإن الإله هو المألوه، والمألوه هو الذي يستحق أن يعبد، وكونه يستحق أن يعبد هو بما اتصف به من الصفات التي تستلزم أن يكون هو المحبوب غاية الحب، المخضوع له غاية الخضوع، قال: فإن الإله هو المحبوب المعبود الذي تألهه القلوب بحبها، وتخضع له وتذل له، وتخافه وترجوه، وتنيب إليه في شدائدها، وتدعوه في مهماتها، وتتوكل عليه في مصالحها، وتلجأ إليه وتطمئن بذكره، وتسكن إلى حبه، وليس ذلك إلا لله وحده، ولهذا كانت “لا إله إلا الله” أصدق الكلام، وكان أهلها أهل الله وحزبه، والمنكرون لها أعداءه وأهل غضبه ونقمته، فإذا صحت صح بها كل مسألة وحال وذوق، وإذا لم يصححها العبد فالفساد لازم له في علومه وأعماله.

Syekhul Islam berkata, “Ilah (Allah) adalah Dzat yang disembah dan ditaati. Sebab, Ilah adalah yang berhak untuk disembah, dan keberhakkan-Nya itu berdasarkan sifat-sifat yang menjadikan-Nya sebagai yang paling dicintai dengan kecintaan yang sempurna, serta yang paling ditaati dengan ketaatan yang penuh ketundukan.”

Beliau juga menjelaskan, “Ilah adalah Yang dicintai dan disembah, yang hati manusia mengarah kepada-Nya dengan cinta, tunduk kepada-Nya dengan penuh penghormatan, merasa takut kepada-Nya, berharap kepada-Nya, kembali kepada-Nya di saat kesulitan, berdoa kepada-Nya dalam berbagai keperluan, bersandar kepada-Nya dalam kepentingannya, berlindung kepada-Nya, dan merasa tenteram dengan mengingat-Nya serta merasa tenang dengan mencintai-Nya. Dan itu hanya berlaku bagi Allah ta’ala semata.”

Oleh karena itu, kalimat “La ilaha illa Allah” (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah ta’ala) adalah ucapan yang paling benar. Orang yang memegang teguh kalimat ini adalah bagian dari golongan Allah ta’ala dan pengikut-Nya. Sementara mereka yang mengingkarinya adalah musuh-Nya dan termasuk dalam kemurkaan serta hukuman-Nya.

Jika seseorang memahami dan menghayati kalimat ini dengan benar, maka segala perkara, keadaan, dan pengalaman dalam hidupnya, akan menjadi benar. Tetapi jika ia tidak benar-benar memahami dan meyakininya, maka kesesatan akan meliputi ilmu dan amalnya.

Referensi: Fathul Majiid halaman 67, 68

Ditulis oleh: Umair (Santri TDNI Angkatan Ke-3)

No More Posts Available.

No more pages to load.