أما كيفية الدعوة وأسلوبها فقد بينها الله عز وجل في كتابه الكريم، وفيما جاء في سنة نبيه ﷺ ومن أوضح البينات قوله عز وجل: ﵟٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ ﵞ [النحل:152] فأوضح سبحانه الكيفية التي ينبغي أن يتصف بها الداعية ويسلكها، يبدأ أولاً بالحكمة. والمراد بها الأدلة المقنعة الواضحة الكاشفة للحق والداحضة للباطل.
“Adapun metode dan tata cara dalam berdakwah, sungguh Allah telah menjelaskannya di dalam Kitab-Nya yang mulia dan di dalam sunah Nabi-Nya ﷺ. Dan termasuk dari bukti-bukti yang paling jelas adalah firman Allah:
((ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ))
“Serulah kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan nasehat yang baik dan debatlah mereka dengan cara yang terbaik”.
Maka Allah menjelaskan sifat yang sepatutnya dimiliki oleh seorang da’i yang harus ditempuhnya. Yaitu dia mulai pertama-tama dengan hikmah. Dan yang dimaksud dengan hikmah adalah dalil-dalil yang jelas yang meyakinkan dan menyingkap kebenaran dan meruntuhkan kebatilan.
[Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Bazz, Ad-Da’watu Ilallah, hal. 31].