Islam adalah agama yang mengajarkan kepada pemeluknya untuk menghormati antar sesama. Sebagaimana firman Allah ta’ala:
(مُّحَمَّدٞ رَّسُولُ ٱللَّهِۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلۡكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيۡنَهُمۡۖ)
“Muhammad adalah utusan Allah. Dan orang-orang yang bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang kafir serta bersikap kasih sayang antar sesama mereka”. (Q.S Al-Fath:29)
Islam juga mengajarkan pemeluknya untuk menghormati pejuang-pejuang muslim dengan cara mendoakan kebaikan untuk mereka dan memuji mereka sesuai kadarnya serta tidak berlebihan.
Akan tetapi banyak diantara kaum muslimin yang mereka berlebihan dalam menghormati para pahlawannya, diantaranya dengan cara membuat patung-patung dengan wujud-wujud para pahlawan mereka serta dijadikan sebagai monumen peringatan atas suatu kejadian tertentu. Apakah perbuatan ini dibenarkan dalam syariat Islam? Apakah ada batasan tertentu dalam menghormati mereka?
Ketahuilah wahai saudaraku sekalian, bahwa membuat patung dengan wujud mereka itu hukumnya adalah haram dan merupakan wasilah yang mengantarkan kepada kesyirikan wal’iyadzu billah. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:
(إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْمُصَوِّرُونَ)
“Sesungguhnya manusia yang paling keras siksaannya pada hari kiamat adalah para pembuat gambar (makhluk bernyawa)”. (H.R al-Bukhari)
Membuat patung-patung dengan wujud-wujud mereka dengan tujuan agar mereka bisa dikenang adalah suatu kebid’ahan, sebagaimana yang terjadi pada zaman sebelum Nabi Nuh alaihissalam diutus. Mereka pada awalnya bertujuan agar bisa mengingat hal-hal yang baik saat melihat patung-patung mereka serta menjadi penyemangat mereka untuk beribadah kepada Allah ta’ala. Akan tetapi seiring berjalannya zaman dan bergantinya generasi, mereka lupa akan hal di awal dan justru generasi setelahnya menganggap bahwa generasi pertama (yang membuat patung) itu dahulu menyembah patung-patung tersebut hingga akhirnya terjadilah dosa syirik pertama kali di muka bumi. Sebagaimana ucapan Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu:
(لما ماتوا أوصى الشيطان إلى قومهم أن انصبوا إلى مجالسهم الذي كانوا يجلسون فيها أنصابا ففعلوا ولم تعبد حتى إذا هلكوا أولئك وذهب العلم عبدوهم)
“Maka tatkala mereka (orang-orang sholih) meninggal, para setan pun mulai membisikkan kepada kaum mereka untuk membuat patung-patung di tempat-tempat duduk yang dahulu mereka sering duduk di tempat-tempat itu. Maka kaum ini pun melakukannya dan belum disembah (patung-patung itu). Hingga tatkala kaum ini sudah mati semua serta ilmu telah hilang, maka kaum yang setelahnya mengibadahi patung-patung tersebut”. (Lihat Kitabut Tauhid)
Maka jelaslah sekarang bagaimana cara Islam dalam menghormati para pahlawan, yaitu dengan tidak berlebih-lebihan padanya. Menghormati mereka itu bisa dengan mendo’akan kebaikan-kebaikan untuk mereka serta memuji mereka dengan sekedarnya. Demikianlah sikap Islam terhadap para pahlawannya.
[Salah satu karya Mading Ruang Ilmu (Edisi 06 Vol 03) di Ma’had Nurul Ilmi Al-Atsary Majalengka]
Baca juga: