Hukum Mengikuti Manhaj Salaf
Aku katakan, “Setiap muslim yang menghadap kiblat untuk salat -baik itu salat fardu maupun mustahab- pasti membaca Ummul Kitab
Hukum Mengikuti Manhaj Salaf
Aku katakan, “Setiap muslim yang menghadap kiblat untuk salat -baik itu salat fardu maupun mustahab- pasti membaca Ummul Kitab
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah pernah menjelaskan tentang sifat wali-wali Allah, beliau bawakan firman Allah, ……
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan kita agar kita tidak membaca kitab-kitab pemeluk agama selain islam, padahal dalam kitab-kitab tersebut tidak lepas dari adanya kebenaran,
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ: أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ أَتَى النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم بِكِتَابٍ أَصَابَهُ مِنْ بَعْضِ أَهْلِ الْكُتُبِ ، فَقَرَأَهُ عَلَى النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم فَغَضِبَ وَقَالَ: ” أَمُتَهَوِّكُونَ فِيهَا يَا ابْنَ الْخَطَّابِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِهَا بَيْضَاءَ نَقِيَّةً، لَا تَسْأَلُوهُمْ عَنْ شَيْءٍ فَيُخْبِرُوكُمْ بِحَقٍّ فَتُكَذِّبُوا بِهِ، أَوْ بِبَاطِلٍ فَتُصَدِّقُوا بِهِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَوْ أَنَّ مُوسَى كَانَ حَيًّا، مَا وَسِعَهُ إِلَّا أَنْ يَتْبَعَنِي ”
Dari Jabir bin Abdillah radhiyalahu ‘anhuma bahwasanya Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa kitab yang dia dapatkan dari sebagian ahli kitab, lalu dia membacanya di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun marah dan berkata
Dalam kitab-kitab para ulama salaf, tauhid selalu menjadi titik awal pembahasan akidah. Dalam kitab Syarh Al-Aqidah At-Thahawiyah, pertama kali yang disebut oleh penulis adalah tauhid:
(نَقُولُ فِي تَوْحِيدِ اللَّهِ مُعْتَقِدِينَ بِتَوْفِيقِ اللَّهِ: إِنَّ اللَّهَ وَاحِدٌ لَا شَرِيكَ لَهُ).
“Kami berkata tentang tauhid kepada Allah, dalam keadaan kami meyakini dengan taufik dari Allah: Sesungguhnya Allah itu Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya,”
Ketahuilah bahwa tauhid adalah seruan pertama para rasul, dan merupakan tahap pertama dalam perjalanan menuju Allah, serta tempat pertama yang ditempati oleh seorang salik (penempuh jalan) menuju Allah. Allah Ta’ala berfirman,
لَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوۡمِهِۦ فَقَالَ يَٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرُهُۥٓ [الأعراف: 59]
“Sungguh Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia berkata, ‘Wahai kaumku, sembahlah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak diibadahi) bagi kalian selain-Nya.’” (QS. Al-A‘raf: 59).
Tidak ada yang serupa bagi Allah subhanahu wa ta’ala sesuatu apapun dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura: 11)
Di sini Allah subhanahu wa ta’ala telah memberitakan kepada kita semua bahwa tidaklah ada yang serupa dengan Allah subhanahu wa ta’ala sesuatu apa pun dari makhluk- makhluk-Nya.
Maka rusaklah pemahaman orang-orang yang menyerupakan Allah subhanahu wa ta’ala dengan makhluk (kaum musyabbihah). Karena telah jelas dan gamblang dari ayat tersebut, bahwa orang yang masih memiliki hati dan akal yang sehat akan mudah dalam menerima dan memahami ayat tersebut.
Termasuk dari mazhab Ahlul Hadits adalah keyakinan bahwa iman itu mencakup ucapan, perbuatan, dan pengenalan (ma‘rifah); ia bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena maksiat.
Muhammad bin ‘Ali bin Al-Hasan bin Syaqiq berkata, “Aku pernah bertanya kepada Abu ‘Abdillah Ahmad bin Hanbal rahimahullah tentang makna bertambah dan berkurangnya iman.”
Para sahabat merupakan generasi terbaik umat ini, dan merupakan umat pilihan Allah Ta’ala yang dipilih untuk menemani Nabi-Nya dan berjuang bersamanya…
Al Iman Abu Ja’far Ath Thahawy rahimahullah berkata (menjelaskan Aqidah Ahlussunnah), “Dan kami tidak berpendapat bolehnya memberontak kepada para pemimpin kami dan para penguasa urusan kami, meskipun mereka berbuat zalim. Kami tidak mendoakan keburukan atas mereka, dan tidak pula mencabut ketaatan dari mereka. Kami memandang bahwa menaati mereka adalah bagian dari ketaatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla yang merupakan kewajiban, selama mereka tidak memerintahkan kepada maksiat. Dan kami mendoakan mereka agar diberi kebaikan dan keselamatan.”
Dalam persoalan akidah, banyak orang yang terjatuh dalam kesesatan bukan karena kurangnya kecerdasan, melainkan karena pengabaian mereka
wajib bagi kita untuk mendengar dan taat terhadapnya selama bukan perkara yg melanggar syariat Islam. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,,,
Tidak Ada Postingan Lagi.
Tidak ada lagi halaman untuk dimuat.