Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah pernah menjelaskan tentang sifat wali-wali Allah, beliau bawakan firman Allah,
أَلَآ إِنَّ أَوۡلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ 62 ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُونَ 63 لَهُمُ ٱلۡبُشۡرَىٰ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِۚ
“Ketahuilah, sesungguhnya wali-wali Allah tidak ada rasa takut atas mereka, dan mereka tidak akan bersedih. Mereka adalah orang-orang yang beriman lagi bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dunia maupun akherat.” (QS.Yunus: 62-63)
Dan juga hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhori dan yang lain dari sahabat Abu Hurairoh dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda,
ويقول الله تعالى: من عادى لي وليا فقد بارزني بالمحاربة – أو فقد آذنته بالحرب – وما تقرب إلي عبدي بمثل أداء ما افترضت عليه، ولا يزالعبدي يتقرب إلي بالنوافل حتى أحبه، فإذا أحببته، كنت سمعه الذي يسمع به، وبصره الذي يبصر به، ويده التي يبطش بها، ورجله التي يمشي بها
“Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, ‘Barang siapa yang menyakiti waliku, maka Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang paling Aku cintai melebihi apa yang Aku wajibkan baginya. Hamba-Ku senantiasa mendekat diri kepada-Ku dengan amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Apabila aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan kakinya yang ia gunakan untuk berjalan.” (HR. Al-Bukhori)
Setelah itu Syaikh menyebutkan sifat lainnya yaitu benci dan cinta karena Allah, beliau berdalil dengan hadits,
(أوثق عرى الإيمان: الحب في الله والبغض في الله)
“Tali keimanan yang paling kuat adalah cinta dan benci karena Allah.” (HR.Ibnu Abi Syaibah no.32464)
Dan juga Hadits,
(من أحب لله، وأبغض لله، وأعطى لله، ومنع لله، فقد استكمل الإيمان)
“Siapa yang cinta karena Allah, benci karena Allah, memberi karena Allah, dan menahan karena Allah, maka telah sempurna keimanannya.” (HR.Abu Dawud no.4681)
Syaikh juga menyebutkan sifat yang lain yaitu setia dalam ketaatan, karena kata wali diambil dari kata الولاية yang bermakna kecintaan dan dekat, sedangkan lawannya adalah العداوة yang bermakna kebencian dan jauh. Ada juga yang mengatakan bahwa dinamakan wali karena موالاته للطاعات (setia dalam ketaatan) walaupun makna pertama lebih sahih.
Sumber: Al-Furqon Bayna Awliyair Rahman Wa Awliyaisy Syaithon. Bab: sifat wali-wali Allah.





