Allah subhanahu wata’ala berfirman:
(وَمَا بِكُم مِّن نِّعۡمَةٖ فَمِنَ ٱللَّهِۖ)
“Dan segala kenikmatan yang ada padamu, maka itu (datangnya) dari Allah”. (Q.S An-Nahl:53)
Ayat di atas menjelaskan bahwa semua nikmat yang kita rasakan saat ini adalah murni datangnya dari Allah ta’ala. Termasuk dari nikmat Allah ta’ala adalah kemerdekaan negara kita ini. Negara yang yang telah merdeka tidak akan dijajah dan diperbudak lagi, karena mereka telah mengumumkan kebebasan diri dan bersatu di bawah satu kepemimpinan.
Kemerdekaan sebuah negara akan menimbulkan rasa aman bagi penduduknya. Rasa aman ini merupakan nikmat besar yang sangat dibutuhkan setiap orang. Lantaran dengan rasa aman seorang hamba bisa beribadah kepada Allah ta’ala tanpa rasa takut dan khawatir dari sesuatu yang membahayakan. Ia akan lebih bisa untuk mendekatkan diri dan khusyuk dalam ibadah kepada Sang Penciptanya. Sehingga rasa aman ini sangat penting lagi dibutuhkan serta harus kita syukuri dan dijaga. Kita harus memanfaatkan nikmat ini sebaik-baiknya, terlebih lagi untuk menjalankan perintah-perintah Allah ta’ala dan bukan untuk bermaksiat kepada-Nya.
Diantara bentuk menjaga nikmat adalah dengan mensyukurinya. Syukur adalah menyakini dengan hati bahwa semua nikmat itu datangnya dari Allah ta’ala, senantiasa memuji-Nya dan menggunakannya untuk hal-hal yang diridhai oleh-Nya. Oleh karena itu, nikmat merdeka ini kita gunakan untuk bertakwa dan beramal shaleh sebagai bentuk syukur kepada-Nya. Semakin kita perbanyak takwa dan amal shaleh, maka Allah ta’ala akan menambah pula nikmat-Nya kepada kepada kita. Allah ta’ala berfirman:
(وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ)
“Dan (ingatlah) ketika Tuhan kalian mengumumkan bahwa jika kalian bersyukur (atas nikmat-Ku), niscaya Aku akan menambahkannya kepada kalian, tetapi jika kalian mengingkarinya, maka pasti azab-Ku sangatlah berat”. (Q.S Ibrahim:7)
Begitu pula sebaliknya, janganlah kita mengkufuri nikmat Alla ta’ala, karena azab-Nya sangatlah pedih bagi siapa saja yang mengkufuri nikmat-nikmat-Nya. Jangan kita gunakan untuk bermaksiat kepada-Nya! Jangan sampai dengan semakin bertambahnya rasa aman ini justru membuat kita terus bermaksiat kepada-Nya! Sungguh sangat mudah bagi Allah ta’ala untuk mengubah nikmat menjadi petaka. Allah ta’ala berfirman:
(وَضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلٗا قَرۡيَةٗ كَانَتۡ ءَامِنَةٗ مُّطۡمَئِنَّةٗ يَأۡتِيهَا رِزۡقُهَا رَغَدٗا مِّن كُلِّ مَكَانٖ فَكَفَرَتۡ بِأَنۡعُمِ ٱللَّهِ فَأَذَٰقَهَا ٱللَّهُ لِبَاسَ ٱلۡجُوعِ وَٱلۡخَوۡفِ بِمَا كَانُواْ يَصۡنَعُونَ)
“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tentram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat allah; karena itu Allah pun merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka selalu perbuat”. (Q.S An-Nahl:112)
Sekarang bagaimana kiranya jika rasa aman ini dicabut dari kita secara tiba-tiba? Apakah kita masih mau bermaksiat kepada Allah ta’ala sekarang?!
[Salah satu karya dari Mading Ruang Ilmu (Edisi 06 Vol. 03) di Ma’had Nurul Ilmi Majalengka]