,

Perbuatan Hamba Adalah Makhluk

oleh -58 Dilihat
oleh

قوله: (أفعالنا مخلوقة لله) ، أفعالنا: يعني ما نفعله من طاعة أو معصية، سواء كانت باليد أو الرجل أو العين أو الأنف أو الإذن كلها مخلوقة لله، وذلك من وجوه

الوجه الأول: أن أفعالنا من صفاتنا، ونحن مخلوقون لله، وخالق الأصل خالق للصفة، فإذا كان الإنسان مخلوقاً لله فإن صفاته أيضاً مخلوقة

الوجه الثاني: أن فعل الإنسان ناتج عن أمرين عن إرادة، وقدر

-أما القدرة: فالله تعالى هو الذي خلقها، ولا إشكال في ذلك

-والإرادة: كذلك، فإن الله هو الذي خلقها، لأنه هو الذي يودع في القلب هذه الإرادة

الوجه الثالث: أن الله خالق كل شيء، كما قال تعالى: (اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْء) (الرعد: الآية 16) ، وهذا العموم يشمل أفعال العباد؛ لأن أفعال العباد من الشيء

فالأفعال مخلوقة لله، لكنها بالنسبة للثواب والعقاب كسب لنا، قال تعالى: (لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْساً إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ) (البقرة: الآية 286) وإذا كانت كسباً لنا فإنها تضاف إلينا حقيقة مباشرة، وتضاف إلى الله خلقاً وتقديراً

Berkata Syaikh Al-Utsaimin;

“Yang dimaksud dengan perbuatan ialah apa yang kita perbuat dari ketaatan maupun kemaksiatan, baik dengan tangan, kaki, mata, hidung, ataupun telinga. Semuanya merupakan makhluk Allah. Hal tersebut ditunjukkan dari beberapa sisi.

  1. Sisi yang pertama: Bahwa perbuatan kita itu termasuk dari sifat-sifat kita, sedangkan kita adalah makhluk-makhluk Allah. Dan dzat yang menciptakan asal, Dialah yang menciptakan sifat-yang bersumber dari asal-pula. Sehingga apabila manusia adalah makhluk Allah, maka sifat-sifatnya pun juga termasuk makhluk Allah.
  2. Sisi yang kedua: Bahwa perbuatan manusia merupakan dampak (hasil) nyata dari dua perkara, keinginan dan kemampuan,
    1. Adapun kemampuan, maka Allahlah yang menciptakannya, dan tidak ada kerancuan dan keraguan padanya.
    2. Adapun keinginan, demikian pula Allahlah yang menciptakannya, karena Dialah yang menyiapkan atau menaruh keinginan tersebut pada hati.
  3. Sisi yang ketiga: bahwasanya Allah menciptakan segala sesuatu. Sebagaimana Allah berfirman (yang artinya), “Allahlah pencipta segala sesuatu.” Dan keumuman ini mencakup perbuatan hamba, karena perbuatan hamba termasuk-pada lafazh-“sesuatu.”

Maka perbuatan-perbuatan tersebut adalah makhluk Allah, tetapi ditinjau dari ganjaran dan hukuman itu merupakan hasil usaha kita. Allah taala berfirman-yang artinya-,“Allah tidak akan membebani suatu jiwa pun kecuali sebatas kemampuannya, baginya-ganjaran-apa yang ia usahakan, dan atasnya-hukuman-dari apa yang ia perbuat.” Dan apabila perbuatan tersebut merupakan hasil usaha kita, maka hal tersebut disandarkan kepada kita secara hakikat dan secara langsung, dan disandarkan kepada Allah secara penciptaan dan takdir.”

(Dinukil dari Syarhul Aqidah As-Safariniyah, hal.323-325)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.