سؤل الشيخ رحمه الله تعالى: عن حكم تغميض العينين في الصلاة عند القرأة وعند دعاء القنوت حتى يحصل الخشوع في الصلاة
فأجاب فضيلة الشيخ بقوله: تغميض العينين في الصلاة ذكر أهل العلم أنه مكروه إلا إذا كان هناك سبب مثل أن يكون أمامه شيء يشغله أو أنوار ساطعة قوية تؤثر على عينين ففي هذه الحال يغمض عينيه درءا لهذه المفسدة
أما مايدعيه بعض الناس من أنه إذا أغمض عينينه كان أخشع له في الصلاة فأخشى أن يكون هذا من تلبيس الشيطان ليوقعه قي هذا المكروه من حيث لايشعر ولو عود نفسه على الخشوع مع فتح عينيه لوجده ولاكن كونه يعود نفسه على أن لا يخشع إلا إذا أغمض عينيه فهذا هو الذي يجعله يخشع في حال تغميض العينيه أكثر مما يخشع لوكان فاتح العينين
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin ditanya tentang: Apa hukum memejamkan mata dalam shalat ketika membaca bacaan salat dan ketika sedang doa qunut agar bisa mendapatkan kekhusyu’an dalam salat?
Beliau menjawab: “Memejamkan mata dalam shalat, ahlul ilmi menyebutkan bahwa itu adalah makruh, kecuali disana ada sebab-sebabnya. Seperti didepannya ada sesuatu yang menyibukkannya atau ada sorotan cahaya yang begitu terang sehingga memberikan pengaruh pada matanya. Maka dalam keadaan ini memejamkan mata diperbolehkan dalam rangka menolak mafsadah atau kerusakan yang akan terjadi.
Adapun anggapan sebagian orang bahwa memejamkan mata itu bisa membuat lebih khusyu’ dalam shalatnya. Aku khawatir itu merupakan tipu daya syaithan untuk mejatuhkan dia dalam perkara yang makruh dari arah yang tidak disadari. Padahal bila dia melatih dirinya untuk bisa merasakan khusyu’ dengan mata terbuka, niscaya dia bisa khusyu’. Akan karena ia membiasakan dirinya memejamkan mata agar merasa khusyu’, hal inilah yang membuatnya merasa lebih khusyu’ saat matanya terpejam daripada saat kedua matanya terbuka.
Dinukil dari kitab Fatawa Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin 2/834.