Kriteria Hamba Yang Dicinta

oleh -39 Dilihat
oleh

Cinta dan ridha dari Allah ta’aala, menjadi suatu hal yang sangat diimpi-impikan oleh seorang hamba muslim. Di mana hanya dengan cinta dan ridha dari-Nya seorang akan mendapatkan kebahagiaan  yang tak akan ada ujungnya, di dunia maupun di akhirat kelak. Demikian sebaliknya, kemarahan dan murka dari Allah menjadi hal yang sangat ditakutkan oleh seorang hamba. Sekali murka dan kemarahan Allah turun kepada hamba, tidak akan pernah ia merasakan kebahagiaan selamanya. Kecuali siapa saja yang Ia rahmati.

Agama Islam adalah agama yang paling sempurna. Tidak ada satu pun kebaikan kecuali telah dijelaskan terkait dengannya. Kejelekan pun sama. Agama Islam telah melarang dari seluruh macam kejelekan dengan rinci dan detail tanpa ada satu pun yang tersisa. Terkhusus kaitannya dengan kebahagiaan dan kesengsaraan seorang hamba, tentu Islam dengan detail telah menjelaskannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah memberitakan dalam sebuah hadits beberapa kriteria orang-orang yang akan meraih cinta Allah ta’aala. Tentu tak hanya satu hadits saja, bahkan banyak hadits yang menyebutkan terkait hal tersebut, namun hanya satu yang akan disebutkan di sini. Yaitu hadits yang diriwayatkan dari sahabat Sa’d bin Abi Waqqash radhiyallahu’anhu. Beliau berkata, “Dahulu aku pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إن الله يحب العبد التقي، الغني، الخفي”  أخرجه مسلمٌ (2965)”

“Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang bertaqwa, qona’ah, dan benci popularitas.” (H.R. Imam Muslim 2965)

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menjelaskan kriteria-kriteria tersebut. Yang pertama tentang taqwa. Makna taqwa adalah seorang melakukan perbuatan yang dapat melindunginya dari adzab Allah dengan mentaati seluruh perintah-Nya dari menjauhi semua yang laranganNya. Ini merupakan makna yang paling mencakup. Yang kedua tentang qona’ah yakni dengan seorang menerima dengan ikhlas seluruh pemberian Allah, tidak meminta-minta kepada manusia. Kriteria yang ketiga tidak suka popularitas karena yang terpenting baginya adalah meraih cinta Allah ta’aala. [Dinukil dari kitab Fathu Dzil Jalali Wal Ikram Bi Syarh Bulughil Maram jilid 6, hal. 342. Cetakan Maktabah al Islamiyah tahun 1427 H/2006 M]

Semoga Allah ta’aalaa memberikan taufiq dan kemudahan kepada kita semua untuk selalu berperangai dengan adab-adab yang mulia hingga Allah menutup umur kita semua dengan husnul khatimah. Aamiin. Wallahu a’lam Bish Shawab.

 

Ditulis oleh: Abdul Hamid (Santri TDNI Angkatan Ke-2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.