HUKUM BERZIARAH KE KUBURAN WALI DAN MEMBACAAN AL-QURAN DIATAS KUBURAN

oleh -20 Dilihat
oleh

‌‌حكم زِيَارَة قُبُور الْأَوْلِيَاء وَقِرَاءَة الْقُرْآن على الْقُبُور

سُؤال مَا حكم الْقِرَاءَة على الْقُبُور هَل هِيَ جَائِزَة أم لَا وَمَا حكم الشَّرْع فِي نظركم فِي أنَاس يزورون قُبُور الصَّالِحين والأولياء كَمَا يَزْعمُونَ وَيطْلبُونَ الصِّحَّة ومتاع الدُّنْيَا الْفَتْوَى هَذَا السُّؤَال تضمن مَسْأَلَتَيْنِ الأولى الْقِرَاءَة على الْقُبُور وَالْقِرَاءَة على الْقُبُور غير مَشْرُوعَة وَهِي بِدعَة وَرَسُول الله صلى الله عليه وسلم وَهُوَ أعلم الْخلق بشريعة الله وَأعلم الْخلق بِمَا يَقُول وأفصح الْخلق فِيمَا ينْطق بِهِ وأنصح الْخلق فِيمَا يُريدهُ يَقُول صلى الله عليه وسلم كل بِدعَة ضَلَالَة وَهَذِه الْجُمْلَة الْكُلية الْعَامَّة لَا يسْتَثْنى مِنْهَا شَيْء فَجَمِيع الْبدع ضَلَالَة بِهَذَا النَّص الْمُحكم البليغ الَّذِي لَو أَن أحدا أَرَادَ أَن يفصله ويفسره لأحتمل سفرا كَبِيرا فالقراءة على الْقُبُور بِدعَة لم تكن فِي عهد النَّبِي صلى الله عليه وسلم وَلم يسنها الرَّسُول صلى الله عليه وسلم لَا بقوله وَلَا بِفِعْلِهِ وَلَا بِإِقْرَارِهِ وَإِنَّمَا كَانَ يَقُول ويرشد أمته إِلَى أَن يَقُولُوا السَّلَام عَلَيْكُم دَار قوم مُؤمنين وَإِنَّا إِن شَاءَ الله بكم لاحقون يرحم الله الْمُسْتَقْدِمِينَ منا ومنكم والمستأخرين نسْأَل الله لنا وَلكم الْعَافِيَة اللَّهُمَّ لَا تَحْرِمنَا أجرهم وَلَا تفتنا بعدهمْ واغفر لنا وَلَهُم وَأما الْمَسْأَلَة الثَّانِيَة مِمَّا تضمنه هَذَا السُّؤَال فَهُوَ الذّهاب للقبور سَوَاء كَانَت قبورا لعامة النَّاس أَو قبورا لمن يَزْعمُونَ أَنهم أَوْلِيَاء ليستغيثوا بهم ويستنجدوهم ويطلبوا مِنْهُم تيسير أُمُورهم المعيشية وَهَذَا شرك أكبر مخرج عَن الْملَّة لقَوْل الله تَعَالَى  :وَمَن ‌يَدۡعُ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ لَا بُرۡهَٰنَ لَهُۥ بِهِۦ فَإِنَّمَا حِسَابُهُۥ عِندَ رَبِّهِۦٓۚ إِنَّهُۥ لَا يُفۡلِحُ ٱلۡكَٰفِرُونَ 117

Hukum berziarah ke kuburan para wali dan membaca al-Quran di depan kuburan

Soalnya: apa hukum membaca al-Quran di depan kuburan dan apakah itu boleh atau tidak dan apa hukum syari’at dalam menanggapi orang-orang yang berziarah ke kuburan orang-orang sholih dan para wali seperti anggapan mereka, dan juga mereka meminta kesehatan dan perkara dunia di depankuburan tersebut. Fatawa dari pertanyaan ini mencakup dua masalah, yang pertama: membaca al-Quran di depan kuburan. Membaca al-Quran di depan kuburan tidak disyariatkan dan itu termasuk kebid’ahan, dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah orang yang paling berilmu dengan syariat Allah dan juga manusia yang paling mengetahui tentang apa yang dikatakan oleh Allah dan merupakan makhluk yang paling fasih dengan apa yang difirmankan oleh Allah dan juga manusia yang paling bagus penyampaiannya atas apa yang Allah inginkan maknanya. Rasulullah bersabda “seluruh kebidahan adalah kesesatan” dan ini kalimat yang global dan mencakup, tidak dikecualikan darinya apapun, maka seluruh kebid’ahan adalah kesesatan dengan nas yang muhkam (telah ditetapkan) dan sangat jelas yang seandainya ada seorang  yang ingin merincinya atau menafsirkannya pasti akan memakan waktu lama. Maka pembacaan al-Quran di depan kuburan adalah bid’ah tidak pernah terjadi pada masa nabi shallallahu alaihi wa sallam, dan tidak disunahkan oleh Rasulullah, tidak dengan ucapannya, atau dengan perbuatannya, dan tidak pula dengan persetujuannya. Akan tetapi beliau menggunakan dengan menghasung umatnya untuk mengucapkan “keselamatan bagi kalian tempat orang-orang yang beriman dan kita dengan kehendak Allah akan menyusul kalian, semoga Allah merahmati generasi pertama di antara kami dan di antara kalian dan generasi terakhirnya, kami memohon kepada Allah bagi kami dan bagi kalian al-afiyah, ya Allah jangan Engkau mengharamkan pahala-pahala mereka dan jangan Engkau fitnah kami setelah mereka, dan ampunilah kami dan mereka”. Adapun masalah yang kedua, yang terdapat pada pertanyaan ini, yaitu pergi ke kuburan sama saja entah itu kuburan umum untuk manusia atau kuburan orang tertentu yang mereka anggap bahwasanya mereka adalah wali-wali, untuk mereka beristighotsah (meminta dikeluarkan dari musibah) kepada mereka, dan meminta bantuan kepada mereka, dan meminta kepada mereka kemudahan dalam urusan kehidupan mereka dan ini termasuk syirik besar (syirik akbar) yang mengeluarkan pelakunya dari agama, sebagaimana firman Allah ta’ala,

“Dan barangisapa yang menyeru kepada Allah bersama sesembahan yang lain yang dia tidak memiliki bukti atas itu, maka hanyalah perhitungannya disisi Rabbnya, sesungguhnya Allah tidak memengankan orang-orang yang kafir”…

Sember: (Fatawa Muhimmah Li Umumul Ummah) Syekh Ibnu Baz rahimahullah
Ditulis oleh: Hanif Atsyl (Santri TDNI Angkatan Ke-2)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.