Agama Islam merupakan agama yang mudah. Karena Allah menghendaki kemudahan untuk para pemeluknya, bukan kesulitan. Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an,
يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلۡعُسۡرَ ( البقرة : 185)
“Allah menghendaki untuk kalian kemudahan, bukan kesulitan.” (Q.S al Baqarah:185) Juga dalam ayat yang lain Allah sebutkan,
لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَاۚ ( البقرة : 286)
“Allah tidak akan membebani satu jiwa pun di luar batas kemampuannya.” Q.S Al-Baqarah:286) Dua ayat di atas menunjukkan akan kemudahan yang terdapat pada agama Islam.
Kemudahan yang dimaksud sifatnya umum yakni seluruh perkara yang ada pada agama Islam. Mulai dari ibadah, muamalah dan lain sebagainya. Misalnya dalam sholat, bolehnya bagi seseorang sholat dengan berbaring ketika memang tidak mampu untuk duduk. Hal ini sebagaimana Allah perintahkan melalui lisan Nabi-Nya. Yakni pada sabda Nabi kepada Sahabat Imron bin Hushain radhiyallahu ‘anhu yang tengah tertimpa sebuah penyakit,
(صَلِّ قَائِمًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا، فإن لم تستطع فعلى جنب). رواه البخاري : (1066).
“Sholatlah engkau dengan berdiri, bila tidak mampu, maka dengan duduk! Bila tidak mampu juga, maka dengan berbaring (miring ke kanan atau kiri)!.” (H.R Imam al Bukhari:1066)
Pada lafadz hadits “…Maka (sholatlah) dengan berbaring!” ini adalah umum. Artinya bisa miring ke kanan, bisa pula miring ke kiri. Namun di sana terdapat sedikit pembahasan dari para ulama’ terkait dengan mana yang lebih afdhal (utama) miring ke kanan atau ke kiri? As Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah, memberikan keterangan,
والأفضلُ أن يفعلَ ما هو أيسرُ له، فإن كان الأيسرُ أن يكون على جَنْبِهِ الأيسر فهو أفضل، وإن كان بالعكس فهو أفضلُ؛ لأن كثيراً من المرضى، ولا سيَّما المرضى بذات الجَنْبِ، يكون اضطجاعُهم على أحدِ الجنبين أخفَّ عليهم مِن الاضطجاعِ على الجَنْبِ الآخر. فإذاً؛ يفعل ما هو أيسر وأسهل له، لأن المقامَ مقامُ رُخصةٍ وتسهيل، فإن تساوى الجنبان فالجنب الأيمن أفضل, كان النَّبيُّ صلى الله عليه وسلم يعجبُه التيامن في تنعُّلِه وترجُّلِهِ وطُهوره وفي شأنِه كله (الشرح الممتع 4\328)
“Dan yang lebih utama adalah seorang mengerjakan mana yang lebih mudah baginya. Jika sisi kiri yang lebih mudah, maka sisi kiri yang lebih utama. Begitu pula sebaliknya. Dikarenakan banyak orang yang sakit, terlebih ketika sakit radang selaput dada, bersandarnya dia kepada salah satu sisinya itu lebih mudah baginya daripada sisi yang sakit itu. Sehingga yang lebih utama adalah bersandar kepada sisi yang lebih mudah baginya, karena memang keadaan dia tengah diberi keringanan dan kemudahan.
Namun jika memang kedua sisi badannya sama-sama sehat (artinya mudah) baginya, maka sisi badan yang kanan lebih utama (dari pada yang kiri). Karena Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam selalu mendahulukan bagian yang kanan ketika memakai sandal, bersisir, dan bersuci serta pada segala hal (sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari (168) dan Imam Muslim (268)).”
[Dinukil dari kitab as Syarhul Mumti’ ‘alaa Zaadil Mustaqni’ jilid 4, hal. 328. Cetakan Dar Ibnul Jauzi, tahun 1422-1428 H]
Wabillahit Taufiq Wal Hidayah.
Oleh: Abdul Hamid (Santri TDNI angkatan ke-2)