DI ANTARA UZUR BAGI SESEORANG UNTUK TIDAK BERPUASA

oleh -71 Dilihat
oleh

Dalam syariat terdapat beberapa sebab yang dengannya seseorang mendapatkan uzur untuk tidak mengerjakan puasa pada hari-hari di bulan ramadan, dan mengqadha’ nya di luar bulan ramadan, atau membayar fidyah (memberi makan fakir miskin). Berikut beberapa sebab tersebut berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasalllam, di antaranya:

1.  Safar, Hamil, & Menyusui

Dalam sebuah riwayat dari shahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, (bukan pembantu Rasul) seorang pria dari bani Abdullah bin Ka’b, saudara-saudara bani Qusyair, dia berkata:

أَغَارَتْ عَلَيْنَا خَيْلٌ لِرَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَانْتَهَيْتُ، أَوْ قَالَ: فَانْطَلَقْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم، وَهُوَ يَأْكُلُ، فَقَالَ: [اجْلِسْ فَأَصِبْ مِنْ طَعَامِنَا هَذَا]، فَقُلْتُ: إِنِّي صَائِمٌ، قَالَ: [اجْلِسْ أُحَدِّثْكَ عَنِ الصَّلَاةِ، وَعَنِ الصِّيَامِ، إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى وَضَعَ شَطْرَ الصَّلَاةِ، أَوْ ‌نِصْفَ ‌الصَّلَاةِ ‌وَالصَّوْمَ ‌عَنِ ‌الْمُسَافِرِ، وَعَنِ الْمُرْضِعِ، أَوِ الْحُبْلَى].

“Ketika pasukan berkuda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalllam menyerang kami, maka aku berhenti, atau berkata, ‘Aku pergi menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan beliau sedang makan. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, ‘Duduklah dan ambil dari makanan kami ini.’ Aku berkata, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Duduklah, aku akan memberitahumu tentang salat dan puasa. Sesungguhnya Allah Ta’ala telah meringankan setengah salat atau separuh dari salat, dan juga puasa bagi musafir, wanita hamil, dan wanita menyusui.’” (HR. Abu Dawud No. 2408)

2.  Orang yang Sudah Tua (Lanjut Usia).

Diriwayatkan dari ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata:

‌[رُخِّصَ ‌لِلشَّيْخِ ‌الْكَبِيرِ أَنْ يُفْطِرَ، وَيُطْعِمَ عَنْ كُلِّ يَوْمٍ مِسْكِينًا، وَلَا قَضَاءَ عَلَيْهِ. رَوَاهُ الدَّارَقُطْنِيُّ، وَالْحَاكِمُ، وَصَحَّحَاهُ]

“Diberikan keringanan bagi orang tua yang sudah lanjut usia untuk berbuka dan memberi makan seorang miskin untuk setiap hari yang ditinggalkannya, dan tidak ada kewajiban qadha (mengganti) baginya.” (Dirawikan oleh Ad-Daraquthni dan Al-Hakim, dan keduanya mensahihkannya.)

Hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa orang tua yang sudah lanjut usia, dan tidak mampu berpuasa, diperbolehkan baginya untuk berbuka dan mengganti puasanya dengan memberi makan seorang miskin setiap hari, tanpa perlu mengganti puasa tersebut di kemudian hari.

3.  Safar yang memberatkan

Dalam sebuah riwayat dari shahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:

[كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فِي السَّفَرِ. فَمِنَّا الصَّائِمُ وَمِنَّا الْمُفْطِرُ. قَالَ: ‌فَنَزَلْنَا ‌مَنْزِلًا ‌فِي ‌يَوْمٍ ‌حَارٍّ. أَكْثَرُنَا ظِلًّا صَاحِبُ الْكِسَاءِ وَمِنَّا مَنْ يَتَّقِي الشَّمْسَ بِيَدِهِ. قَالَ: فَسَقَطَ الصُّوَّامُ. وَقَامَ الْمُفْطِرُونَ فَضَرَبُوا الْأَبْنِيَةِ وَسَقَوْا الرِّكَابَ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم “ذهب المفطرون اليوم بالأجر”.]

“Kami bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah perjalanan. Sebagian dari kami berpuasa dan sebagian lainnya berbuka. Kemudian kami tiba di sebuah tempat pada hari yang sangat panas. Orang yang memiliki kain menjadi orang yang paling banyak mendapat naungan, sementara sebagian dari kami melindungi diri dari matahari dengan tangan mereka. Maka orang-orang yang berpuasa mulai jatuh kelelahan, sedangkan yang berbuka berdiri untuk mendirikan tenda dan memberi minum unta-unta. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabdaو ‘Orang-orang yang berbuka hari ini telah mendapatkan pahala yang lebih besar.” (HR. Al-Bukhari No. 1946, Muslim No. 1111)

Hadis ini menunjukkan bahwa dalam kondisi yang sangat sulit, berbuka lebih utama karena puasa yang dilaksanakan dapat menyebabkan kesulitan atau kelelahan yang berlebihan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi was allam memuji orang-orang yang berbuka karena mereka lebih mampu membantu dalam keadaan tersebut.

4.  Wanita Haid

Dalam sebuah riwayat dari shahabiyat Mu’adzah radhiyallahu ‘anha, berkata:

(سَأَلْتُ عَائِشَةَ فَقُلْتُ: مَا بَالُ الْحَائِضِ تَقْضِي الصَّوْمَ وَلَا تَقْضِي الصَّلَاةَ؟ فَقَالَتْ: أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ؟ قُلْتُ: لَسْتُ بِحَرُورِيَّةٍ، وَلَكِنِّي أَسْأَلُ. قَالَتْ: كَانَ يُصِيبُنَا ذَلِكَ، فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ، وَلَا نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلَاة).

“Aku bertanya kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha, ‘Mengapa wanita haid hanya mengganti puasa dan tidak mengganti salat?’ Aisyah radhiyallahu ‘anha menjawab, ‘Apakah kamu seorang Haruriyah (sekte ekstrem, sebagian golongan dari Khawarij yang dinisbatkan kepada Harurah)?’ Aku menjawab, ‘Aku bukan Haruriyah, tetapi aku hanya bertanya.’ Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, ‘Dahulu hal itu menimpa kami (kami mengalami haid), maka kami diperintahkan untuk mengganti puasa, tetapi kami tidak diperintahkan untuk mengganti salat.’” (HR. Bukhari No. 327, Muslim No. 335)

Pada hadis ini terdapat penjelasan bahwa wanita yang sedang haid diperintahkan untuk mengganti puasa yang ditinggalkan selama haid, tetapi tidak diperintahkan untuk mengganti salat yang ditinggalkan selama haid. Ini menjadi dasar hukum bahwa wanita haid wajib mengganti puasa tetapi tidak perlu mengganti salat.

Sumber:

·        Sunan Abi Daud, Hal: 285. Penerbit: Daar Ibnul jauzi. Mesir

·        Sunan Ad-Daruquthni, Jilid: 3. Hal: 195. Penerbit: Muassasah Ar-Risalah. Beirut

·        Shohih Muslim. Penerbit: Perpustakaan Imam Muslim. Mesir

·        Shohih Bukhari. Penerbit: Daar Ibnul Jauzi. Mesir ]

Ditulis oleh: Miqdad Al Atsary (santri TDNI angkatan ke-2)

No More Posts Available.

No more pages to load.