TANDA ILMU ALLAH: KEHENDAK, KEINDAHAN, DAN KESEMPURNAAN

oleh -530 Dilihat
oleh

‌‌فصل [الدليل على علم الله تعالى]

وأما قوله: (والدليل على علمه إيجاده الأشياء لاستحالة إيجاده للأشياء مع الجهل) فهذا الدليل مشهور عند نظار المسلمين أولهم وآخرهم، والقرآن قد دل عليه كما في قوله تعالى: أَلا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ والمتفلسفة أيضا سلكوه، وبيانه من وجوه:

أحدها: أن إيجاده للأشياء هو بإرادته كما سيأتي، والإرادة تستلزم تصور المراد قطعا، وتصور المراد هو العلم فكان الإيجاد مستلزما للإرادة، والإرادة مستلزمة للعلم فالإيجاد مستلزم للعلم.

الثاني: إن المخلوقات فيها من الإحكام والاتقان ما يستلزم علم الفاعل لها لأن الفعل المحكم المتقن يمتنع صدوره عن غير عالم، وبهذين الطريقين يتقرر ما ذكره «ولهم طرق» منها أن من المخلوقات ما هو عالم والعلم صفة كمال؛ ويمتنع أن لا يكون الخالق عالما، وهذا له طريقان:

أحدهما: أن يقال نحن نعلم بالضرورة أن الخالق أكمل من المخلوق، وأن الواجب أكمل من الممكن، ونعلم ضرورة أنّا إذا فرضنا شيئين أحدهما عالم والآخر غير عالم كان العالم أكمل منه فإذا لم يكن الخالق سبحانه عالما يلزم أن يكون غير عالم أي جاهلا وهو ممتنع.

الثاني: أن يقال: كل علم في الممكنات التي هي المخلوقات فهو منه ومن الممتنع أن يكون فاعل الكمال ومبدعه عاريا منه بل هو أحق؛ والله سبحانه- وله المثل الأعلى- لا يستوي هو والمخلوق لا في قياس تمثيل ولا قياس شمول بل كل ما أثبت لمخلوق فالخالق به أحق، وكل نقص تنزه عنه مخلوق فتنزيه الخالق عنه أولى.

Bab: Dalil atas Ilmu Allah ta’ala

Adapun ucapan, “Dalil bahwa Allah memiliki ilmu adalah bahwa Dia menciptakan segala sesuatu. Karena mustahil seseorang menciptakan sesuatu dalam keadaan tidak tahu,” Maka ini adalah dalil yang sudah terkenal di kalangan para pemikir Islam, baik di kalangan terdahulu maupun yang belakangan. Al-Quran pun menunjukkan hal ini, seperti dalam firman Allah, “Apakah tidak mengetahui Dia Yang Menciptakan, dan Dia Maha Lembut lagi Maha Mengetahui?” (QS. Al-Mulk: 14)

Para filsuf juga menempuh atau menggunakan dalil yang sama, adapun penjelasannya bisa dilihat dari beberapa sisi:

·        Pertama: Penciptaan Allah ta’ala terhadap sesuatu terjadi dengan kehendak-Nya, sebagaimana akan dijelaskan nanti. Dan kehendak (iradah) itu tidak mungkin terjadi kecuali setelah adanya gambaran tentang apa yang dikehendaki. Gambaran ini adalah bentuk dari pengetahuan. Jadi, penciptaan mengharuskan adanya kehendak, dan kehendak mengharuskan adanya pengetahuan. Maka, penciptaan adalah bukti adanya ilmu.

·        Kedua: Makhluk-makhluk Allah ta’ala menunjukkan adanya keindahan, ketelitian, dan kesempurnaan. Semua ini menunjukkan bahwa penciptanya pasti memiliki ilmu, karena sesuatu yang sempurna tidak mungkin dihasilkan oleh yang tidak berilmu.

Dengan dua jalan ini, dalil yang disebutkan tadi bisa dibuktikan. Ada pula cara lain untuk membuktikan ilmu Allah:

Di antara makhluk-Nya ada yang berilmu, dan ilmu adalah sifat yang menunjukkan kesempurnaan. Maka tidak mungkin Sang Pencipta tidak memiliki ilmu. Hal ini bisa dijelaskan dengan dua cara:

1)     Pertama: Kita tahu dengan pasti bahwa Sang Pencipta pasti lebih sempurna dari ciptaan-Nya, dan yang wajib (yaitu Allah) pasti lebih sempurna dari yang mungkin (makhluk). Kita pun tahu secara pasti bahwa jika ada dua makhluk, yang satu berilmu dan yang satu tidak, maka yang berilmu lebih sempurna. Maka, jika dikatakan bahwa Sang Pencipta tidak berilmu, berarti Dia lebih rendah dari makhluk-Nya, dan ini jelas mustahil.

2)     Kedua: Semua ilmu yang ada pada makhluk berasal dari Allah ta’ala. Maka mustahil pencipta ilmu itu sendiri tidak memilikinya. Bahkan, Dia lebih pantas memilikinya dibanding makhluk. Dan Allah ta’ala yang memiliki sifat paling sempurna tidak bisa disamakan dengan makhluk, baik dalam perbandingan langsung maupun secara umum. Maka, semua sifat baik yang dimiliki makhluk, Allah ta’ala lebih pantas memilikinya. Dan setiap kekurangan yang tidak layak bagi makhluk, tentu lebih tidak layak lagi bagi Allah.

Sumber: Syarh Al ‘Aqidah Al Ashfahaaniyyah hal 60,Ibnu Taimiyyah

No More Posts Available.

No more pages to load.