PANDUAN BAGI SI PENYEBERANG JALAN

oleh -217 Dilihat
oleh

عن ابن عمر رضي الله عنهما قال: أخذ رسول الله صلى الله عليه وسلم بمنكبي فقال: “كن في الدنيا كأنك غريب أو عابر سبيل” وكان ابن عمر رضي الله تعالى عنهما يقول: إذا أمسيت فلا تنتظر الصباح، وإذا أصبحت فلا تنتظر المساء، وخذ من صحتك لمرضك، ومن حياتك لموتك. رواه البخاري

قال أبو الحسن: بيان ذلك أن الغريب قليل الانبساط إلى الناس مستوحش منهم إذ لا يكاد يمر بمن يعرفه ويأنس به ويستكثر من مخالطته فهو ذليل خائف، وكذلك عابر السبيل لا ينفذ في سفره إلا بقوته عليه، وخفته من الأثقال غير متشبث بما يمنعه من قطع سفره ليس معه إلا زاد وراحلة يبلغانه إلى بغيته من قصده وهذا يدل على إيثار الزهد في الدنيا ليأخذ البلغة منها والكفاف كما لا يحتاج المسافر إلى أكثر مما يبلغه إلى غاية سفره كذلك لا يحتاج المؤمن في الدنيا إلى أكثر مما يبلغه.

«شرح الأربعين النووية لابن دقيق العيد» (ص132)

 

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang pundakku lalu bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan orang asing atau penyeberang jalan (musafir).” Dan Ibnu Umar radhiyallahu ta’ala ‘anhuma berkata, “Apabila engkau berada di sore hari, janganlah engkau menunggu pagi. Apabila engkau berada di pagi hari, janganlah engkau menunggu sore. Manfaatkanlah kesehatanmu sebelum sakitmu, dan hidupmu sebelum matimu.” (HR. Al-Bukhari)

Abu Al-Hasan rahimahullah  berkata, “Penjelasan mengenai hal ini adalah bahwa orang asing tidak banyak berinteraksi dengan orang lain, dia merasa asing di antara mereka karena jarang sekali bertemu dengan orang yang dikenalnya dan merasa akrab dengannya serta memperbanyak pergaulan dengannya. Dia merasa rendah diri dan takut.

Demikian pula seorang penyeberang jalan (pengembara/musafir), dia tidak akan dapat melanjutkan perjalanannya kecuali dengan bekal yang cukup dan ringan dari beban-beban berat. Dia tidak terikat pada sesuatu yang menghalanginya dari menyelesaikan perjalanannya. Dia tidak membawa apa-apa kecuali bekal dan kendaraan yang membawanya menuju tujuannya.

Ini menunjukkan pentingnya mengutamakan kezuhudan di dunia agar seseorang hanya mengambil bekal secukupnya dan seperlunya. Sebagaimana seorang musafir tidak membutuhkan lebih dari apa yang bisa membawanya sampai tujuan perjalanannya. Demikian pula seorang mukmin di dunia ini tidak membutuhkan (dari dunia) lebih dari apa yang membantunya mencapai tujuan akhirnya (akhirat).

Sumber: Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah, hlm. 132

No More Posts Available.

No more pages to load.