السؤال : هل يكون الخروج على ولاة الأمر بالكلام، أو لا بد من الخروج عليهم بالسيف؟
الجواب : بداية الخروج بالكلام، وكذلك بتهييع الناس و تثويرهم و شحنهم، وإلقاء البغضاء بين الناس، هذه فتنة قد تكون أشد من السيف، ما يكون السيف إلا تعبيراً عما في نفوس
ولهذا عبدالله بن إباض -رئيس الإباضية من القعدة- يعد من الخوارج، فهو يهرك الناس بالكلام، و فرقة سموها (القعدية) وهم يحركون الناس بالكلام من وراء الستار وهم قاعدون
وفي فتوى آخر : الإباضية من القعدة، يحثون على الخروج، لكن ما يخرجون، يرثون الناس وما يخرجون….،والذي يخرج بالسيف، الأمر واضح هو خارجي خرج بالسيف، فكلهم خوارج سواء هذا أو ذاك
(المنتقى من فتاوى الشيخ العلامة ربيع بن هدي المدخلي ج:2 ص:416)
Pertanyaan: Apakah bisa disebut pemberontakan kepada penguasa bila hanya menggunakan perkataan, atau disebut pemberontakan kepada penguasa itu bila harus menggunakan pedang?
Asy-Syaikh Rabi’ menjawab, “Awal mula pemberontakan itu dengan ucapan, dan demikian pula menggerakkan manusia, menghasut manusia, mengompori mereka, dan melemparkan kebencian di antara manusia. Fitnah ini terkadang lebih berbahaya dari sebuah pedang, dan tidaklah pedang ini kecuali sebagai ungkapan apa yang ada di dalam jiwa.
Dan karena inilah, Abdullah bin Ibadh -pemimpin kelompok Al-Ibadhiyyah yang termasuk khawarij duduk (tidak ikut berperang) dia terhitung dai khawarij, dia menggerakkan manusia dengan perkataan, dan kelompok ini ulama’ menamakannya Al-Qo’adiyah, mereka menggerakkan manusia dengan ucapan dari balik tirai dan mereka dalam keadaan duduk.”
Dalam fatwa yang lain Asy-Syaikh Rabi’ berkata, “Al-Ibadhiyyah termasuk dari khawarij duduk, mereka menyemangati untuk memberontak akan tetapi mereka tidak ikut keluar memberontak, mereka mengobarkan manusia untuk memberontak akan tetapi mereka tidak ikut pemberontakan. Dan orang yang memberontak dengan pedang, itu merupakan perkara yang jelas dia adalah khawarij yang memberontak dengan pedang. Maka seluruh mereka sama saja, kelompok yang ini maupun yang itu.”
(Dinukil dari kitab Al-Muntaqa Min Al-Fatawa, As-Syaikh Robi’ bin Hadi Al-Madkholi, jilid 2, hal. 416)