Sebab-sebab yang Membantu Muhasabah Diri

oleh -53 Dilihat
oleh

:الأسباب المعينة على محاسبة النفس

:هناك أسباب تعين الإنسان على محاسبة نفسه وتسهل عليه ذلك منها

 معرفته أنه كلما اجتهد في محاسبة نفسه اليوم استرح من ذلك غداً، وكلما أهملها اليوم اشتد عليه الحساب غداً.

 معرفته أن ربح محاسبة النفس ومراقبتها هو سكنى الفردوس، والنظر إلى وجه الرب سبحانه، ومجاورة الأنبياء والصالحين وأهل الفضل.

 النظر فيما يؤول إليه ترك محاسبة النفس من الهلاك والدمار، ودخول النار والحجاب عن الرب تعالى ومجاورة أهل الكفر والضلال والخبث.

 صحبة الأخيار الذين يحاسبون أنفسهم ويطلعونه على عيوب نفسه، وترك صحبة من عداهم.

 النظر في أخبار أهل المحاسبة والمراقبة من سلفنا الصالح.

 زيارة القبور والتأمل في أحوال الموتى الذين لا يستطيعون محاسبة أنفسهم أو تدرك ما فاتهم.

 حضور مجالس العلم والوعظ والتذكير فإنها تدعو إلى محاسبة النفس.

 قيام الليل وقراءة القرآن والتقرب إلى الله تعالى بأنواع الطاعات.

 البعد عن أماكن اللهو والغفلة فإنها تنسي الإنسان محاسبة نفسه.

 ذكر الله تعالى ودعاؤه بأن يجعله من أهل المحاسبة والمراقبة، وأن يوفقه لكل خير.

 سوء الظن بالنفس ومقتها في جنب الله تعالى، فإن حسن الظن بالنفس ينسي محاسبة النفس، وربما رأى الإنسان ـ بسب حسن ظنه بنفسه ـ عيوبه ومساوئه كمالاً.

Sebab-sebab yang Membantu Muhasabah Diri:

Terdapat beberapa sebab yang dapat membantu seseorang dalam melakukan muhasabah diri dan mempermudahnya, di antaranya:

  1. Kesadaran akan Pertanggungjawaban di Akhirat: Mengetahui bahwa semakin bersungguh-sungguh seseorang dalam bermuhasabah hari ini, semakin ringan hisabnya di hari esok; dan semakin ia mengabaikannya hari ini, semakin berat hisabnya di akhirat nanti.
  2. Keutamaan Muhasabah Diri: Menyadari bahwa keuntungan dari muhasabah diri dan pengawasan terhadapnya adalah tinggal di surga Firdaus, memandang wajah Allah Yang Maha Mulia, serta bertetangga dengan para nabi, orang-orang saleh, dan mereka yang memiliki keutamaan.
  3. Menghindari Akibat Buruk Mengabaikan Muhasabah: Merenungkan akibat dari meninggalkan muhasabah diri, yaitu kehancuran, masuk ke dalam neraka, terhalang dari melihat Allah, serta berada di dekat orang-orang kafir, sesat, dan buruk.
  4. Bergaul dengan Orang-orang Saleh: Berteman dengan orang-orang yang senantiasa bermuhasabah dan memberi tahunya tentang kekurangan dirinya, serta meninggalkan pergaulan dengan orang-orang yang tidak demikian.
  5. Mempelajari Kisah Orang Saleh Terdahulu: Mengambil pelajaran dari kisah-kisah para salafus saleh yang rajin bermuhasabah dan mengawasi diri mereka sendiri.
  6. Ziarah Kubur: Mengunjungi kuburan untuk merenungkan kondisi orang-orang yang telah meninggal, yang tidak lagi mampu bermuhasabah atau memperbaiki apa yang telah mereka lewatkan.
  7. Menghadiri Majelis Ilmu: Berpartisipasi dalam majelis ilmu, ceramah, dan pengingat yang mendorong seseorang untuk bermuhasabah diri.
  8. Melakukan Ibadah Malam: Melakukan salat malam, membaca Al-Quran, dan mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai bentuk ketaatan.
  9. Menjauhi Tempat Hiburan dan Kelalaian: Menghindari tempat-tempat yang dapat melalaikan seseorang dari mengingat Allah dan melakukan muhasabah diri.
  10. Berdzikir dan Berdoa: Senantiasa berdzikir kepada Allah dan memohon kepada-Nya agar dijadikan termasuk golongan orang-orang yang rajin bermuhasabah dan diawasi oleh-Nya, serta diberi taufik untuk melakukan kebaikan seluruhnya.
  11. Berprasangka Buruk pada Diri Sendiri: Bersikap kritis terhadap diri sendiri di hadapan Allah, karena berprasangka baik pada diri sendiri dapat melupakan muhasabah, bahkan membuat seseorang memandang kekurangan dan keburukannya sebagai suatu kelebihan.

Dinukil Dari Kitab Fashlul Khitaabi Fiz Zuhdi War Rafaaiqi Wal Aadaabi, jilid 4 hal.91

 

Ditulis oleh: Usamah Al Fath (Santri TDNI Angkatan Ke-2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.