Oleh: Ibadurrahman
.وسئل رحمه الله عن رجل وصف له شحم الخنزير لمرض به: هل يجوز له ذلك؟ أم لا؟
:فأجاب
وأما التداوي بأكل شحم الخنزير فلا يجوز. وأما التداوي بالتلطخ به ثم يغسله بعد ذلك فهذا ينبني على جواز مباشرة النجاسة في غير الصلاة وفيه نزاع مشهور والصحيح أنه يجوز للحاجة. كما يجوز استنجاء الرجل بيده وإزالة النجاسة بيده. وما أبيح للحاجة جاز التداوي به. كما يجوز التداوي بلبس الحرير على أصح القولين وما أبيح للضرورة كالمطاعم الخبيثة فلا يجوز التداوي بها. كما لا يجوز التداوي بشرب الخمر لا سيما على قول من يقول: إنهم كانوا ينتفعون بشحوم الميتة في طلي السفن ودهن الجلود
Ditanyakan kepada Syaikhul Islam ibnu Taimiyyah tentang seseorang yang disarankan menggunakan lemak babi untuk mengobati penyakitnya. Apakah diperbolehkan atau tidak?
Dijawab: Apabila cara pengobatannya dengan cara memakan daging babi, maka tidak diperbolehkan. Adapun cara pengobatannya dengan cara dioles kemudian dicuci setelah itu,maka hal ini dibangun atas pendapat bolehnya bersentuhan secara langsung dengan najis pada selain waktu shalat. Pada permasalahan ini terdapat perbedaan pendapat yang masyhur dikalangan para ulama. Dan yang benar adalah boleh ketika ada keperluan. Sebagaimana seseorang boleh beristinja dengan tangannya untuk menghilangkan najis. Maka apa yang dibolehkan karena ada hajat maka dibolehkan juga untuk berobat.
Sebagaimana dibolehkan berobat dengan memakai kain sutra menurut pendapat yang paling shahih. Adapun apa yang dibolehkan karena darurat seperti makanan yang jelek maka tidak diperbolehkan untuk berobat dengannya. Sebagaimana tidak boleh berobat dengan cara meminum khamr. Terlebih lagi menurut pendapat orang yang mengatakan: Sesungguhnya mereka memanfaatkan lemak bangkai untuk mengecat kapal dan mengolesi kulit.
[Dikutip dari kitab: Majmu Fatawa Syaikhul Islam ibnu Taimiyyah 24/270]