سؤال :
يوجد رجل في القرية التي نحن فيها , يقرأ القرآن بدون ترتيل ولا تجويد, ويعتقد في القبور والموتى, وينذر لهم بنذور, ويعتقد أنهم ينفعون ويضرون هل تجوز الصلاة خلف هذا الإمام وهل يجوز أن يصلي على الميت إذا مات وهو في هذا العمل؟
الجواب :
من كان يعتقد في الأموات أنهم ينفعون أو يضرون وينذر لهم ويتقرب إليهم فهذا مشرك الشرك الأكبر, والعياذ بالله, لأن هذا يعبد غير الله فلا تجوز الصلاة خلفه , ولا تصح لأنه ليس بمسلم مادام على هذه الحالة . ولكن الواجب عليكم أنتناصحوه , وأن تبينو له أن هذا شرك أكبر, وأنه يجب عليه التوبة ألى الله عزوجل, والعمل بالتوحيد الخالص, وترك عبادة الأموات, فإنتاب ورجع إلى الله عزوجل جازت الصلاة خلفه, أما مادام على هذه الحالة فهو ليس بمسلم ولاتصح منه صلاة ولا تجوز الصلاة خلفه, وإذا مات فإنه لايصلى عليه ولا يدفن في مقابر المسلمين ولا يتولاه المسلمون وإنما يتولاه الكفار.[المنتقى من فتاوى فضيلة الشيخ صالح بن فوزان:1\76]
Pertanyaan:
Ada seorang lelaki di desa tempat kami tinggal, dia membaca Al-Qur’an tanpa tartil dan tanpa tajwid. Ia juga meyakini kekuatan kuburan dan orang-orang yang telah meninggal, bernadzar kepada mereka, serta percaya bahwa mereka bisa memberi manfaat dan mudarat. Apakah boleh salat di belakang imam seperti ini? Dan apakah boleh menyalati jenazahnya, jika ia meninggal dalam keadaan seperti itu?
Jawaban:
Barang siapa yang meyakini bahwa orang-orang yang telah meninggal dapat memberikan manfaat atau mudarat, bernadzar kepada mereka, dan mendekatkan diri kepada mereka, maka ia telah melakukan syirik besar — na’udzubillah — karena hal itu berarti ia menyembah selain Allah ta’ala. Maka tidak boleh salat di belakangnya, dan salat tersebut tidak sah, karena ia bukan seorang muslim selama masih dalam kondisi tersebut.
Namun, wajib bagi kalian untuk menasihatinya dan menjelaskan bahwa perbuatannya itu adalah syirik besar, dan wajib untuk ia bertaubat kepada Allah ‘azza wa jalla, mengamalkan tauhid yang murni, dan meninggalkan penyembahan terhadap orang-orang yang telah meninggal. Jika ia bertaubat dan kembali kepada Allah ta’ala, maka salat di belakangnya menjadi boleh.
Tetapi selama ia masih dalam kondisi tersebut, maka ia bukan seorang muslim, salatnya tidak sah, tidak boleh disalati ketika meninggal, tidak boleh dikuburkan di pemakaman kaum muslimin, dan tidak boleh diurus oleh kaum muslimin, tetapi yang mengurusinya adalah orang-orang kafir.
(Sumber: Fatwa Syaikh Shalih bin Fauzan hal. 1/76)