{وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا * إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا بَعِيدًا} .
ومن يخالف الرسول صلى الله عليه وسلم ويعانده فيما جاء به {مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى} بالدلائل القرآنية والبراهين النبوية.
{وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ} وسبيلهم هو طريقهم في عقائدهم وأعمالهم {نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى} أي: نتركه وما اختاره لنفسه، ونخذله فلا نوفقه للخير، لكونه رأى الحق وعلمه وتركه، فجزاؤه من الله عدلا أن يبقيه في ضلاله حائرا ويزداد ضلالا إلى ضلاله.
[تيسير الكريم الرحمن:202 ]
“Dan barang siapa menentang Rasul setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang beriman, maka Kami biarkan ia berpaling kepada jalan yang telah dipilihnya, dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam. Dan itu seburuk-buruk tempat kembali. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa mempersekutukan Allah, sungguh ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisa’: 115–116)
Makna dan penjelasan: Barang siapa yang menyelisihi dan menentang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan menolak ajaran yang beliau bawa, padahal kebenaran telah jelas baginya melalui dalil-dalil Al-Qur’an dan bukti-bukti kenabian, lalu dia malah mengikuti jalan selain jalan orang-orang beriman yakni menyimpang dari keyakinan dan amal-amal mereka yang lurus maka Allah akan membiarkannya dalam kesesatan yang dipilihnya sendiri. Allah tidak akan menolongnya, tidak membimbingnya kepada kebaikan, dan tidak membukakan jalan petunjuk baginya. Itu adalah balasan yang adil dari Allah, karena ia telah melihat kebenaran, namun dengan sadar memilih untuk berpaling. Maka Allah pun membiarkannya terombang-ambing dalam kesesatan, dan menambahkan padanya kebingungan serta penyimpangan yang lebih jauh.
Sumber: Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal 202