لسؤال 26: ما حكم من صام في بلد مسلم ثم انتقل إلى بلد آخر تأخر أهله عن بلد الأول، ولزم من متا بعتهم صيام أكثر من ثلاثين يوما أو العكس ؟
الجواب 26
– إذا انتقل الإنسان من بلد إسلامي إلى بلد إسلامي تأخر إفطار البلد الذي انتقل إليه، فإنه يبقى معهم حتى يفطروا، لأن الصوم يوم يصوم الناس، والفطر يوم يفطر الناس…ولأنه إذا انتقل على البلد الثاني فإن الهلال لم ير فيه ، وقد أمر النبي عليه الصلاة والسلام أن تصوم ولا تفطر إلا لرؤيته
-أما العكس : وهو أن ينتقل من بلد تأخر فيه ثبوت الشهر إلى بلد تقدم ثبوت الشهر فيه، فإنه يفطر معهم ويقضي ما فاته من رمضان
(الصيام مجموعة أمثلة في أحكامه : 53-54)
Pertanyaan ke-26: Apa hukum seorang yang memulai berpuasa di negeri muslim, lalu ia berpindah ke negeri lain yang penduduknya berpuasa lebih akhir/lambat dari negeri yang pertama. Sedangkan mengikuti mereka mengharuskan dia berpuasa lebih dari 30 hari atau bahkan sebaliknya?
Jawaban ke-26: -Disampaikan oleh Syaikh Al-Utsaimin-
- Apabila seorang berpindah dari negeri Islam ke negeri Islam yang lain. Sementara waktu berbuka negeri tersebut lebih lambat, maka ia tetap berpuasa bersama mereka hingga mereka melakukan berbuka. Karena puasa dilaksanakan pada hari di mana manusia berpuasa, dan berbuka pada hari mereka berbuka. Dan karena bila ia berpindah ke negeri yang kedua tersebut, maka otomatis hilal belum terlihat padanya. Padahal Nabi telah memerintahkan agar kita berpuasa dan tidak berbuka kecuali karena melihatnya (hilal).
- Adapun sebaliknya, yaitu bila seseorang berpindah dari suatu negeri yang penetapan masuknya bulan Romadhon lebih lambat ke negeri yang penetapan masuknya bulan Ramadhan lebih awal, maka dia melakukan berbuka bersama mereka, dan mengganti/mengqada puasa Romadhon yang terlewat olehnya.
(Ash-Shiyaam Majmu’ah Amtsilah fii Ahkaamihi hal.53-54)