Rasulullah shallallahu alaihi wasallam meninggal dalam keadaan telah menyampaikan semua yang Allah ajarkan untuk manusia dari kebaikan, dan beliau telah melarang semua hal yang berbahaya dan buruk bagi mereka.
Bukankah Allah telah berfirman dalam kitab-Nya:
{ اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي و رضيت لكم الإسلام دينا }
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian dan aku telah sempurnakan nikmat Ku atas kalian serta Aku ridhai Islam sebagai agama bagi kalian. ” (QS. Al-Maidah:3)
Ayat di atas adalah pondasi penting bagi kita untuk menjalankan Agama Islam ini, kita harus yakin bahwa Agama ini telah disempurnakan oleh Allah, mengatur segala sisi kehidupan manusia dan tidak ada kekurangan padanya, serta Nabi kita sebagai utusan Allah pun telah sempurna dalam menyampaikan Agama Islam ini.
Oleh karena itu kaum muslimin -semoga Allah selalu merahmati kalian- semua ibadah dan perayaan yang diatasnamakan agama namun tidak pernah dilakukan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam, para shahabatnya maupun oleh dua generasi terbaik setelah mereka maka itu bukan lah dari Agama Islam, dan akan tertolak di sisi Allah, sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:
(( من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد))
“Barangsiapa yang membuat perkara baru dalam urusan kami ini -yaitu: agama- apa yang bukan dari agama itu sendiri maka tertolak.” [H.R Muslim dan Bukhari, dari Ummul mukminin Aisyah-radhiyallahu ‘anha-]
Sebagai contoh adalah apa yang dilakukan dan dirayakan oleh banyak dari kaum muslimin pada tanggal 12 Rabi’ul awwal yang dikenal dengan perayaan Maulid Nabi shallallahu alaihi wasallam. Perayaan yang dilakukan dengan berbagai tujuan dan alasan, mungkin tujuan mereka baik apakah dalam rangka berbahagia dengan kelahiran Rasul shallallahu alaihi wasallam, atau dalam rangka mencintai beliau dan yang lainnya.
Tapi apakah alasan-alasan tersebut bisa menjadikan perayaan ini menjadi bagian dari Agama Islam?
Jawabannya tidak, karena Islam telah sempurna, dan telah diajarkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Namun tidak ada satupun dari mereka yang mengajarkan dan mencontohkan perayaan semacam ini, melainkan awal munculnya perayaan seperi ini pada abad keempat hijriyyah yaitu pada saat Dinasti Fathimiyyah yang berpemahaman Syi’ah yaitu sekitar tahun 360 H.
Dari sejarah kita mengetahui Siapakah pencetus hari perayaan tersebut? Mereka adalah kaum Syi’ah yang ketika itu bersembunyi dibalik Dinasti Fathimiyyah, mereka adalah sekte yang dibentuk oleh seorang Yahudi untuk merusak Islam, mereka mengkafirkan Sahabat Nabi Abu Bakr, Umar, Abu Hurairah dan selain mereka dari para sahabat, bahkan sebagian ulama telah mengkafirkan sekte tersebut.
Apakah suatu perayaan yang dibuat oleh sekte yang seperti ini kemudian diikuti oleh kaum muslimin dan dianggap sebagai perayaan Islam?
Padahal Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
((لا تطروني كما أطرة النصارى عيسى بن مريم))
“Jangan kalian berlebihan terhadap ku, sebagaimana berlebihannya Kaum Nasrani terhadap Isa bin Maryam. ” [H.R Bukhari (6830), Muslim (1691), dari Sahabat Umar Ibnul Khatthab-radhiyallahu ‘anhu-]
Belum lagi ada banyak kemaksiatan dan bahkan kekufuran pada acara tersebut, dari beristighotsah kepada selain Allah, menganggap bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam hadir dalam perayaan tersebut, meyakini bahwa para wali mengetahui perkara ghoib, menyerupai Nasrani yang merayakan kelahiran Yesus mereka dan selainnya dari kemungkaran dan kemaksiatan bahkan kekufuran yang terjadi di dalamnya. Apakah perayaan seperti ini dianggap sebagai perayaan Islam?
Tidak! Dan bukan sama sekali bagian dari Islam, dan Islam berlepas diri darinya, itu adalah buatan Syi’ah untuk merusak Islam dan Kaum Muslimin.
Allah berfirman:
{ ولن ترضى عنك اليهود ولا النصارى حتى تتبع مالتهم }
“Kaum Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha terhadap kalian sampai kalian mengikuti agama mereka. ” (Qs. Al Baqarah: 120)
Inilah tujuan mereka.
Wallohu a’lam bis showab.
Semoga yang sedikit ini bisa bermanfaat bagi penulis dan juga seluruh kaum muslimin di manapun mereka berada, dan semoga sholawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Ditulis oleh: Abu Syuja’ Naba (Santri TDNI Angkatan Ke-1)